15 Feb 2019

Seminar Legenda Borobudur, Milenial Jadi Sasaran

Yogyakarta (15/02/2019) jogjaprov.go.id – Dalam upaya peningkatan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) ke candi Borobudur, generasi milenial menjadi target khusus dalam legenda Borobudur. Milenial harus diberikan ruang untuk mengeksplor secara imajinatif Borobudur. Ciri milenial yaitu memiliki kebutuhan untuk diakui dan sangat digital, sehingga akan sangat membantu dalam promosi Legenda Borobudur.

Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Pariwisata Republik Indonesia Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc. saat menyampaikan paparan pada acara seminar ‘Legenda Borobudur’ yang dilaksanakan di Royal Ambarukmo, Yogyakarta pada Jum’at (15/02) pagi. Acara ini diselenggarakan oleh Program Studi S2 dan S3 Kajian Pariwisata Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada yang bekerjasama dengan Kementrian Pariwisata Republik Indonesia.

“Adakan legenda Borobudur khusus milenial, melalui lomba foto, video, atau semacam vlog anak muda. Kenapa kemudian kami bersikeras menjadikan milenial sebagai sasaran, sebab 50% wisatawan berasal dari generasi milenial, selain besar dia (generasi milenial) juga lantang karena menguasai sosial media. ” Ujar Arief.

Hadir dalam acara Seminar Legenda Borobudur yaitu, Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta KGPAA Paku Alam X., Ketua SC/ Program Studi S2 & S3 kajian pariwisata sekolah pascasarjana Universitas gadjah Mada Drs. Hendrie Adji Kusworo, MSc., P.Hd., Menteri Pariwisata Republik Indonesia Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc., Wakil Gubernur Jawa tengah Taj Yasin Maimoen., Rektor UGM yang diwakili oleh Dekan sekolah pascasarjana UGM., serta Deputi Menteri Pariwisata dan Arkeologi Kamboja Chea Sarith.

Borobudur sebagai World Heritage, menyimpan beribu misteri, Borobudur merupakan struktur bangunan dari sebuah altar yang ditinggikan atau altar panggung. Berdasar prasasti Kayumwungan, Borobudur adalah biara yang mengandung berlipat-lipat kebajikan Sugata atau Buddha. Borobudur adalah juga monumen kuno terbaik yang dilestarikan, monumen ini merupakan kuil Sang Budha terbesar di dunia, dan diklaim sebagai hasil budaya yang dikunjungi lebih dari sejuta wisatawan.

Wakil Gubernur DIY berharap, dalam rangka pengembangan kawasan Borobudur seluas 600 hektar sebagai salah satu dari 10 destinasi prioritas pariwisata nasional, ada beberapa pemikiran yang mungkin perlu dipertimbangkan. Pertimbangan tersebut antara lain adalah, pertama mengarahkan Borobudur sebagai eco-museum. Kedua, mengubah paradigma “masyarakat untuk pariwisata” menjadi “pariwisata untuk masyarakat” sebagai basis membangun eco-wisata perdesaan dan mengenalkan destinasi baru sebagai alternatif kunjungan di bagian Kawasan Borobudur lain, yang bukan hanya candi.  Terakhir, mengeliminasi spillover effects negatif atas kehadiran Kawasan Borobudur dengan mengembangkan juga potensi wisata DIY untuk keseimbangan jumlah kunjungan dan pendapatan di Kawasan Joglosemar.”

Dalam acara seminar ini dibagi menjadi 3 sesi paparan, paparan sesi I mengenai ‘Benchmarking: Cultural Heritage Preservation and Tourism Development in Angkor Wat Cambodia’, paparan sesi II ‘Legenda, Nilai-nilai Strategis Borobudur dan Pemanfaatannya untuk Kesejahteraan dan Kemanusiaan’, paparan sesi III ‘Permasalahan  Regulasi, Kebijakan Pengelolaan Legenda Borobudur, dan Alternatif Solusinya’. Pada setiap berakhirnya paparan, dilakukan juga sesi tanya jawab. Acara seminar ini diikuti oleh sekitar 300 orang dari berbagai perwakilan pegiat pariwisata. (*/sr)

Bagaimana kualitas berita ini: