04 Okt 2019
  Editor Berita,

Pasar Malam Perayaan Prosesi Sekaten Digelar Dua Tahun Sekali

Yogyakarta (04/10/2019) jogjaprov.go.id - Ada yang berbeda pada pelaksanaan Sekaten di tahun 2019. Jika Sekaten sebelumnya selalu dibarengi dengan pasar malam, pada pelaksanaan kali ini, pasar malam ditiadakan. Perlu digarisbawahi, yang tidak ada adalah pasar malamnya, namun prosesi Sekaten sendiri masih dilaksanakan seperti tahun-tahun sebelumnya.  

Hal tersebut disampaikan oleh KPH Notonegoro, Penghageng KHP Kridhomardowo Keraton Yogyakarta pada saat jumpa pers, Kamis (03/10) di Bale Raos Resto, Kompleks Kemagangan, Keraton Yogyakarta. Hadir bersama beliau yakni GKR Bendara, Wakil Penghageng I Nitya Budoyo Keraton Yogyakarta.

Lebih lanjut, Notonegoro menuturkan, "Bahwa tidak diadakannya Pasar Malam Perayaan sekaten (PMPS) merupakan Dhawuh Dalem atau keinginan Sri Sultan Hamengku Buwono X. Alasannya untuk mengembalikan semangat Hajad Dalem Sekaten seperti era awal Kerajaan Mataram Islam di tanah Jawa. Menambahkan bahwa pada awalnya Sekaten justru tidak dibarengi dengan pasar malam, baru ada sekitar 30 tahun terakhir. Alasan lain, juga untuk menjaga alun-alun agar tetap bagus. "Mungkin akan dilaksanakan dua tahun sekali. Namun juga tetap melihat kondisi alun-alun terlebih dahulu. Jadi dikembalikan ke sejarahnya," ujarnya. 

Sri Sultan Hamengku Buwono X, saat ditemui di Bangsal Kepatihan pada Jumat (04/10) menuturkan bahwa telah ada kesepakatan dengan Pemkot yakni melaksanakan Pasar Malam dua kali setahun. "Kesepakan kita, keramaian hanya dua tahun sekali, jadi Sekaten ada pasar malam baru tahun depan," ujar Sultan. 

Senada dengan yang diungkapkan Sultan, Paniradya Pati DIY Beny Suharsono, menuturkan bahwa pihaknya akan mengkaji mengenai pelaksanaan PMPS sebagai bagian dari perayaan Hajad Dalem Sekaten. "Sekaten akan ditiadakan itu tidak betul dan tidak ada pernyataan seperti itu. Perlu ada kajian lebih lanjut dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan terus berdialog dengan Pemkot Yogyakarta selaku pelaksana hajad pasar malam," ujarnya. 

Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti saat ditemui secara terpisah di Kompleks Kepatihan pada Jumat (04/10) menuturkan bahwa tahun ini tidak ada PMPS, namun prosesi Sekaten sendiri masih terus berjalan. "Pasar malam nantinya akan digelar di tahun-tahun genap, dua tahun sekali, jadi tahun ini memang tidak ada, tapi prosesi Sekaten sendiri tetap terus ada," ujar Haryadi. 

Sementara itu, GKR Bendara dalam jumpa pers menambahkan bahwa pihaknya mengembalikan semangat dan suasana tradisi Sekaten sebagaimana mestinya yakni kegiatan keagaman yang diiringi oleh seni budaya. Selain itu, putri bungsu Sultan ini menyampaikan bahwa selama pelaksanaan Prosesi Sekaten, Keraton Yogyakarta akan menggelar Pameran Sekaten yang akan berlangsung pada 1-9 November 2019. Adapun lokasi yang akan digunakan adalah Bangsal pagelaran dan Kompleks Sitihinggil Keraton Yogyakarta. "Untuk tema yang diangkat pada pameran tersebut akan "Sri Sultan Hamengku Buwono I: Menghadang Gelombang, Menantang Zaman."

Segala jenis koleksi yang dipamerkan dan pementasan yang digelar akan berkaitan dengan tema tersebut," ujar GKR Bendara. Pameran ini nantinya terbuka untuk masyarakat umum. Pada acara pembukaan Sekatenyang digelar pada Jumat (01/11) di Bangsal Pagelaran, akan ditampilkan Beksan Guntur Segoro persembahan KHP Kridhomardowo Keraton Yogyakarta.

Dalam jumpa pers yang digelar, GKR Bendara menambahkan, bahwa Pameran Sekaten sendiri sejatinya merupakan bagian dari pelaksanaan rangkaian Hajad Dalem Garebeg Mulud. "Prosesi akan dimulai dengan Miyos Gangsa sebagai tanda dimulainya Sekaten pada tanggal 3 November, dilanjutkan Numplak Wajik pada 7 November, lalu Kondur Gangsa pada 9 November dan Garebeg Mulud pada 10 November," jelasnya. 

Sekaten sendiri sejatiya merupakan prosesi yang selalu digelar oleh Keraton Yogyakarta setiap tahunnya pada tanggal 6 hingga 12 Mulud berdasarkan Kalender Jawa Sultan Agungan. Ada yang memaknai arti harfiah Sekaten dari kata Syahdatain, atau merujuk pada dua buah gamelan yang disebut Sekati yakni Kanjeng Kiai (KK) Gunturmadu dan KK Nagawilaga.

Kedua gamelan ini dikeluarkan dari keraton pada tanggal 6 Mulud melalui prosesi Miyos Gangsa untuk ditempatkan di Pagongan Masjid Gedhe hingga tanggal 12 Mulud, untuk selanjutnya dikembalikan ke dalam keraton melalui prosesi Kondur Gangsa. Adapun puncak dari rangkaian prosesi Sekaten adalah Garebeg Mulud yang digelar pada pagi hari seusai Kondur Gangsa. Garebeg Mulud tersebut juga menandai telah berakhirnya rangkaian prosesi Sekaten. [vin]

Bagaimana kualitas berita ini: