17 Okt 2019
  Humas Berita,

Pentingnya 4 Pilar Pemikiran untuk Mengelola Yogyakarta

Yogyakarta (17/10/2019) jogjaprov.go.id - Bagaimana pemikiran 4 komponen yaitu : Kampung, Kampus. Kraton dan Kantor (pemerintah) bisa berkontribusi kepada masyarakat itulah yang penting dalam mengelola masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mengembangkan Local Wisdom yang ada, dimana Yogyakarta dikenal sebagai City of Culture, City of tolerance  dan City of Education. Demikian dikatakan oleh Wakil Gubernur DIY, Paku Alam X saat menerima Direktur Program Sarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Pro. Dr. Djohan, M.Si di Gedung Pare Anom, Kepatihan Yogyakarta Kamis (17/10).

Setiap tahun Program Pascasarjana ISI Yogyakarta melaksanakan International Conference for Asia Pacific Arts Studies (ICAPAS) serta mengundang seluruh pembicara dari Asia Pasifik dan tahun ini dilaksanakan pada tanggal 16-17 Oktober 2019.

Turut hadir dalam audiensi dua pembicara (keynote speaker) ICAPAS yang sudah berkali-kali ke Yogyakarta. Keynote pertama yaitu Vice President of UNESCO Hongkong, Prof. Samuel Leong, Ph.D. dan Dekan Fakultas Seni University of Michigan, Prof. Gunalan Nadarajan.

Kedua tamu tersebut berkeinginan untuk berdiskusi dengan Wagub DIY guna memperoleh masukan mengenai pandangan dan kemungkinan-kemungkinan pengembangan potensi budaya serta pariwisata DIY ke depan, terutama terkait dengan sumbangsih perguruan tinggi seni melalui peran akademisi maupun pelaku Seninya.

Djohan mengungkapkan bahwa kedua tamu tersebut mempunyai kesan yang luar biasa di Yogyakarta dan mereka ingin tau bagaimana pemerintah daerah mengelola semua kegiatan yang ada di DIY. Karena mereka tau bahwa, pertama DIY adalah kota pendidikan, kedua kota budaya, ketiga kota festival dan terakhir mereka penasaran bagaimana dengan turis.“Bagaimana turis memberi dampak atau akan mengganggu semua hal tersebut, tutur Djohan?”

Sri Paduka menanggapi dengan antusias dan hal yang disampikan dirasa sangat berguna bagi kedua pembicara tersebut. Serta mereka merasa surprise karena ada pejabat yang sangat mengedepankan kultur baik dalam ide-ide pembangunan Yogyakarta, maupun dalam melakukan pemerintahannya serta memberi contoh bahwa untuk pejabat Eselon III diberikan pelatihan mengenai kebudayaan. Pengalaman mereka selama ini hanya pimpinan tertinggi saja yang mengerti, dan pimpinan dibawahnya tidak mengerti.

Ditegaskan juga oleh Sri Paduka bahwa Yogyakarta bukanlah merupakan daerah pariwisata, namun wilayah yang berbudaya dengan aneka fasilitas pariwisata yang terstandar tersedia di dalamnya. (teb/du)

Bagaimana kualitas berita ini: