21 Okt 2019
  Humas Berita,

DIY Berikan Kesan Baik pada Wartawan Afrika

Yogyakarta (21/10/2019) jogjaprov.go.id – Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X menerima kunjungan perwakilan media massa dari lima negara di kawasan Afrika Sub-Sahara, Senin (21/10) di Gedhong Pareanom, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta. Kedatangan para wartawan dari Nigeria, Kenya, Mozambik, Ghana dan Mouritius tersebut diprakarsai oleh KBRI Nairobi, KBRI Abuja dan KBRI Maputo yang mempunyai misi mengenalkan Indonesia khususnya DIY pada masyarakat Afrika.

Sri Paduka yang didampingi oleh Kepala BPPM DIY, Drs. Arif Hidayat dan Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo, SH M.Ed., menyambut baik Kunjungan tersebut. Sri Paduka menyampaikan, DIY sampai saat ini mempertahankan apa yang menjadi warisan nenek moyang. Salah satu yang menjadi kebanggaan DIY kesadaran masyarakat untuk sama-sama melestarikan budaya.

Salah satu budaya yang masih terjaga adalah tekait dengan Keberadaan Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman. Keduanya merupakan salah satu keistimewaan yang dimiliki DIY. DIY mengemban amanah dan mandat dari pemerintah pusat melalui UU No. 13 th 2012, terkait penetapan gubernur dan wakil gubernur yang berasal dari Keraton Yogyakarta dan Puro Pakualaman. Hal tersebut adalah satu nilai yang menjadikan DIY menjadi daerah dengan kebudayaan yang masih terjaga hingga kini. Keraton dan Pakualaman bersama-sama memiliki peran untuk menjaga kebudayaan DIY.

“Kita sadar area DIY tidak luas, tapi kita punya potensi yang bisa dikembangkan. Kita tidak semata-mata mendorong menjadi tourism area, tetapi menjadi wilayah budaya yang memiliki fasilitas tourism. Bukan sebaliknya,” ungkap Sri Paduka.

Konselor KBRI Abuja, Pratiwi Amperawati, menyampaikan, dipilihnya DIY menjadi tujuan kunjungan para wartawan afrika ini adalah untuk memperkenalkan budaya Indonesia. DIY dianggap sebagai representasi dari budaya Indonesia. Selain itu, DIY adalah pemilik kerjaaan yang masih memegang fungsinya dengan baik.

“DIY dikepung dengan kemajuan teknologi dari berbagai arah, namun yang luar biasa apa yang menjadi warisan budaya nenek moyang tetap terjaga. DIY tidak kalah terhadap gempuran kemajuan teknologi,” ungkap Pratiwi.

Lebih lanjut Pratiwi menjelaskan, salah satu yang menjadi daya tarik selain hal tersebut adalah keberadaan DIY sebagai sentra batik di Indonesia. Afrika juga memiliki batik, namun belum dikenal baik masyarakat dunia. Oleh karena itu, DIY menjadi sarana belajar mengangkat dan megembangkan batik Afrika.

Indonesia sendiri dimata warga Afrika tidak terlalu dikenal. Untuk itu, melalui gabungan tiga KBRI tersebut, Pratiwi berusaha mengenalkan budaya dan kekayaan Indonesia melaui DIY. Pratiwi menyampaikan, para wartawan ini nantinya akan menuliskan daily article terkait DIY untuk dimuat dan ditayangkan pada media massa tempat mereka bernaung.

“Afrika memandang Indonesia tidak terlalu terkenal, tetapi ternyata memiliki wilayah yang luar biasa pada berbagai bidang. Selain itu, para wartawan ini merasa bahwa penerimaaan masyarakat DIY terhadap warga Afrika cukup baik. Selama ini mereka merasa tidak banyak diterima di dunia, tapi di DIY mereka diterima dengan baik,” papar Pratiwi. (uk)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: