28 Okt 2022
  Humas DIY Berita,

Adiwastra Narawita Kain Indah Sang Raja

Yogyakarta (28/10/2022) jogjaprov.go.id – Dalam rangka mengenalkan dan edukasi kepada masyarakat, UPT Kebudayaan Taman Pintar menyelenggarakan Pameran Batik Koleksi Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman #3. Pameran ini digelar di area Gedung Oval Taman Pintar, Yogyakarta, mulai 28 Oktober sampai dengan 03 Novemeber 2022.

Pembukaan Pameran Batik Koleksi Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman #3 dihadiri oleh Sumadi Penjabat Walikota Yogyakarta, GKBRAY Paku Alam dari Kadipaten Pakualaman,   Gusti Kanjeng Ratu Bendara perwakilan dari Keraton Yogyakarta, Kepala Istana Kepresidenan Yogyakarta, Perwakilan Bank BPD, Kepala Dinas Kebudayaan DIY dan tamu undangan lainnya.

“Saya senang sekali dengan pameran-pameran batik, inilah salah satu cara melestarikan, mengembangkan dan nguri-nguri kebudayaan tentang batik,” tutur Gusti Putri. Dalam sambutannya GKBRAY Paku Alam menyampaikan, pada tahun 2009 batik dinobatkan sebagai Warisan Tak Benda oleh UNESCO dan pada tahun 2014 Yogyakarta telah dinobatkan sebagai Kota Batik Dunia. Oleh karenanya, batik perlu untuk dikembangkan, terus dijaga, dirawat dan dilestarikan. Salah satunya melalui kegiatan Pameran Batik.

Diungkapkan oleh Gusti Putri, agar Jogja tetap dinobatkan sebagai Kota Batik Dunia kita harus terus menjaga, merawat, melestarikan dan mengembangkan budaya batik. Batik memiliki beragam nilai. Mulai dari nilai historis, nilai orisinalitas, nilai pelestarian, nilai ekonomi, ramah lingkungan terutama dalam proses pembuatannya, nilai internasional, dan nilai keberlanjutan. “Batik adalah warisan budaya nenek moyang, dari lahir sampai meninggal kita menggunakan batik,” jelas Gusti Putri. Dari nilai orisinalitas, batik memiliki banyak ragam, corak, cara pembuatannya, serta tentang nilai-nilai filosofi yang terkandung di dalamnya.

Dilihat dari sudut nilai ekonomi, batik diharuskan dapat menjadi sumber tambahan pendapatan keluarga. Perempuan-perempuan di Yogyakarta diharapkan berdaya melalui batik. Demikian halnya dengan para pengrajin batik, tak luput mendapatkan perhatian, tentunya harus ada generasi untuk penerus selanjutnya. Nilai yang keenam, bersifat internasional. Batik tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi juga dikenal sampai ke tingkat international, berbagai upaya dilakukan untuk memperkenalkan batik ke dunia luar salah satunya bekerjasama dengan para duta besar di luar negeri.

Gusti Putri mengimbau kepada kita semua untuk melestarikan dan mengenal tentang batik khususnya Batik Yogyakarta. “Batik adalah masterpiece warisan budaya, monggo kita sama-sama mengenal Batik, tahu motif Batik dan makna filosofi yang terkandung di dalamnya,” dawuh Gusti Putri.

Senada dengan Gusti Putri, GKR Bendara juga mengungkapkan hal yang sama bahwa, batik adalah karya masterpiece yang kita miliki. Batik adalah warisan budaya yang harus dilestarikan. Melalui Pameran Batik ini, GKR Bendara berharap masyarakat memperoleh edukasi dan informasi seputar batik. “Harapannya, para pengunjung Pameran Batik di Taman Pintar dapat mengenal, memahami, menghargai dan juga mencintai budaya batik yang turun-temurun, kecintaan terhadap batik harus ditingkatkan. Tidak hanya sebatas kecintaan terhadap motif batik tetapi juga kecintaan terhadap proses pembuatan batik, pengetahuan tentang macam-macam motif batik bagaimana penggunaannya, kapan waktunya dan di mana penempatannya atau meletakan motif batik di tempat yang layak,” jelas Gusti Bendara.

Gusti Bendara menambahkan, pada Pameran Batik kali ini ada satu Batik Istimewa, batik  terbaru yang di launching pada 2 Oktober lalu yaitu, batik motif Radya Kartiyasa. Motif Radya Kartiyasa terinspirasi dari ornamen hias flora yang ada di Regol Danaprata di dekat Bangsal Srimanganti. Motifnya menyerupai bunga Padma, dengan harapan menjadi sumber ilmu dari setiap pemakainya. Motif ini dikenakan sebagai seragam batik bagi seluruh edukator museum.

Pameran Batik Koleksi Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman #3 mengusung tema “Adiwastra Narawita” yang berarti Kain Indah Sang Raja. Keraton Yogyakarta menampilkan koleksi Batik Awisan Dalem atau Batik Larangan Keraton Yogyakarta, yaitu motif-motif batik yang penggunaanya terikat dengan aturan-aturan tertentu di Keraton Yogyakarta. Tidak semua orang boleh memakainya. Keyakinan ini berkaitan dengan aspek spiritual maupun makna filsafat yang terkandung dalam motif batik. Termasuk dalam motif Batik Larangan adalah Parang Rusak Barong Ageng, Parang Rusak Barong Alit dan Kawung.

Sementara dari Kadipaten Pakualaman, Gusti Putri menyampaikan dalam sambutannya, pada Pameran Batik kali ini Kadipaten Pakualaman menampilkan koleksi batik yang dibuat sendiri oleh GKBRAY Paku Alam saat “Dhaup Ageng” untuk putra mahkota, yaitu motif batik Surya Mulyarja. Surya Mulyarja merupakan manifestasi karakter Batara Surya dan Asthabrata yang berkarakter cermat, dermawan dan memotivasi murid-muridnya untuk berusaha meraih hidup sejahtera lahir batin.

Pembukaan Pameran Batik Koleksi Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman #3 diawali dengan persembahan tari Sekar Pudyastuti, dilanjutkan dengan sambutan-sambutan, dan diakhiri dengan pemberian cendera mata oleh Penjabat Walikota Yogyakarta, Sumadi kepada GKBRAY Paku Alam dan GKR Bendara, serta pemberian buket bunga dari Kepala Dinas Kebudayaan DIY kepada KGBRAY Paku Alam dan GKR Bendara. Dan dilanjutkan dengan peninjauan langsung lokasi Pameran batik di area Gedung Oval Taman Pintar. Pameran terbuka untuk umum, baik masyarakat DIY maupun pengunjung Taman Pintar dari luar daerah.  (Fk/Ry/Jhn)

 

HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: