15 Agt 2023
  Humas DIY Pemda DIY,

Belajar Dari TPS Go-Sari, Ubah Masalah Sampah Jadi Berkah

Bantul (15/08/2023) jogjaprov.go.id - Sampah tak selalu identik dengan masalah melalui pemanfaatan dan pengolahan yang baik sampah dapat bernilai menjadi berkah. Seperti halnya yang dilakukan oleh warga Kalurahan Guwosari, Kapanewon Pajangan, kabupaten Bantul lewat pembentukan Tempat Pengolahan Sampah (TPS) bernama Go-Sari. TPS Go-Sari merupakan Unit Layanan Sampah Badan Usaha Milik Kalurahan (BUMKal) Guwosari yang didirikan sejak November 2019 lalu.

Sebanyak 500-an Kepala Keluarga (KK) di Kalurahan Guwosari telah menjadi pelanggan TPS Go-Sari saat ini. TPS Go-Sari mampu mengelola sampah secara mandiri dengan konsep zero waste atau pengelolaan dengan melakukan pemilahan, pengomposan dan pengumpulan barang layak jual. Sekitar 1 ton sampah per hari bisa diolah menjadi berkah.

Dengan konsep zero waste inilah, akhirnya Kalurahan Guwosari secara bertahap tidak menyetorkan sampah di TPA Piyungan yang sudah ‘overload’. Keberhasilan pengolahan sampah secara mandiri oleh masyarakat di Kalurahan Guwosari ini bisa menjadi role model bagi kalurahan lainnya. Pemda DIY melalui Dana Keistimewaan (Danais) pun ikut mendukung pengelolaan sampah mandiri tersebut dengan menggelontorkan Rp 1,6 miliar pada 2023.

Lurah Guwosari Masduki Rahmad menyampaikan selama ini sampah dilihat dan dipandang sebagai masalah, namun tidak di Kalurahan Guwosari yang mencoba merubah mindset dari awalnya sampah sebagai masalah menjadi sampah sebagai berkah dengan pengelolaan. Karena hampir seluruh wilayah itu yang menjadi permasalahan adalah sampah yang tidak terpilah dan tidak terolah.

“ Kami menggerakkan warga dan merubah mindset masyarakat bahwa sampah harus selesai di level rumah tangga kalau tidak naiknya di level kalurahan. Caranya berpartisipasi dalam memilah sampah plastik, organik, non organik dan sebagainya. Jika tidak bisa terolah di rumah tangga kemudian kalurahan mengambil peran. Sampah tersebut ada yang dijadikan maggot dan sampah plastik atau rongsok dijual,” tuturnya saat ditemui di TPS Go-Sari, Kamis (10/08/2023) lalu.

Masduki mengungkapkan upaya pengelolaan sampah mandiri yang dilakukan Kalurahan Guwosari pun mendapat dukungan dari Pemda DIY melalui Danais 2023 sebesar Rp 1,6 miliar. Dengan kucuran anggaran keistimewaan ini diharapkan sampah di Guwosari akan bernilai ekonomis dengan dijadikan maggot, kompos dan sebagainya. Pihaknya menyiapkan infrastruktur, peraturan dan pengalokasian dana. Kemudian dukungan dari warga yang paling penting adalah merubah mindset.

“ Warga kita ajak dan perlihatkan langsung pengolahan sampah di TPS Go-Sari. Sampah warga kini jika tidak diolah akan menjadi masalah di kemudian hari. Namun dengan mengolah harapannya bisa menjadi suatu pendapatan di rumah tangga.

Kita sedang menyiapkan skema supaya sampah organik di rumah tangga bisa terselesaikan, sedangkan kalurahan akan membuat pabrik. Ini jadi mimpi besar yang saya yakin dengan dukungan Danais dan Pemda DIY bisa terlaksana dalam kurun waktu yang singkat ini,” terangnya.

Terkait merubah pola pikir masyarakat, Masduki menegaskan harus dipaksakan dengan cara membuat sistem atau peraturan desa tentang sampah rumah tangga dan memberikan gambaran ketika sampah tidak dipilah dan diolah dari rumah tangga itu akan memperpanjang usia sampah dengan bau dan sebagainya.

“ Mau tidak mau, senang tidak senang, masyarakat harus mencoba memilah sampah sekecil apapun. Kenapa warga masyarakat perlu disadarkan karena masalah sampah adalah masalah warga sehingga menjadi tanggung jawab bersama agar sampah bisa terselesaikan di tingkat terkecil,” tandasnya.

Kepala Unit Layanan Sampah BUMKal Guwosari, Muhammad Nur Muntaha menyampaikan kehadiran TPS Go-Sari merupakan cita-cita Lurah bersama warga Guwosari dengan memberikan diri mengambil inisiatif membentuk unit usaha pengelolaan sampah BUMKal. Sebelumnya sudah ada dua Pengelola Sampah Mandiri (PSM) di Guwosari. Dari 4.000 KK, itu baru terselesaikan sekitar setengahnya di PSM. Artinya masih ada setengah yang saat ini masih macam-macam pengelolaan sampahnya.

“Akhirnya dimulai dari 125 pelanggan sampai memiliki sekitar 500 pelanggan, walaupun masih kecil kita sudah setiap harinya punya tagline jangan sampai membebani TPA Piyungan. Itu tetap bertahap, tidak bisa langsung kita selesai zero waste management, seperti ini saja kita butuh perjuangan dua tahun,” ujarnya.

Muntaha mengatakan TPS Go-Sari dapat menerima setidaknya 1 ton sampah setiap harinya dengan memperkerjakan 12 pekerja. Sampah ini dipilih menjadi 4 bagian yaitu organik membusuk, organik sampah taman, rosok dan residu. Untuk sampah organik membusuk dijadikan budidaya maggot, sampah taman digunakan untuk kompos, rosok lebih ke transaksional lalu residu dibakar menggunakan incinerator.

Sebagai unit usaha BUMKal, TPS Go-Sari pun dituntut. menghasilkan profit dari hasil retribusi dari tingkatan rumah tangga Rp 30 ribu/bulan, warung atau rumah makan Rp 50 ribu/bulan , ponpes, sekolah dan taman edukasi Rp 250 ribu/bulan dikalikan volume sampah. Kedua dari jual beli rosok, maka butuh kejelian dalam memilah sampah karena akan meningkatkan value daripada sampah itu. Kemudian hasil jual beli maggot antara Rp 7.000 sampai Rp 10.000/kg.

“Kalau dikalkulasi untuk operasional TPS Go-Sari antara Rp 18 juta hingga Rp 20 juta. Kita belum untung kalaupun untung dan rugi pun tipis yang fluktuatif di angka Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Target dari Kalurahan yang penting usaha ini bisa menghidupi dirinya sendiri yang saat ini sudah tercapai, tinggal nanti peningkatannya,. Alhamdulillah tahun ini, kita difasilitasi Danais Rp1,6 miliar, untuk itu kami ucapkan matur nuwun sanget kepada Ngarso Dalem dan Pemda DIY,” jelasnya.

Alokasi Danais 2023 tersebut dibagi menjadi dua termin yakni termin I Rp 700 juta dan termin II Rp 900 juta. Danais itu digunakan untuk membangun rumah pilah beserta mesin lalu bangunan lama menjadi rumah proses sehingga TPS Go-Sari dapat meningkatkan jumlah pelanggannya dari 500 KK menjadi 2.000 KK. Meskipun mendapat kucuran Danais, TPS Go-Sari masih konsentrasi menyelesaikan sampah yang ada di Kalurahan Guwosari karena dari 4.000 KK hanya mampu setengahnya yang ditangani .

“ Kami siap mengelola sampah karena rumusnya sederhana. Sebenarnya yang masih membuat kami berpikir adalah pasar karena kemampuan penyerapan pasar belum sampai kesana dan belum ada marketing. Sehingga perlu dipersiapkan rencana pengembangan TPS Go-Sari sendiri. Seperti produksi maggot di Guwosari potensinya sudah ada untuk pakan ternak ayam dan lele. Jadi produksi maggot yang dihasilkan TPS Go-Sari akan diputar melalui usaha lainnya,” tutur Muntaha.

Menurutnya, dukungan pemerintah sangat berperan penting disini, baik dari sisi pendanaan, regulasi dan sosialisasi. Harapannya semakin banyak orang yang peduli dengan sampah. Karena sampah ini sebenarnya sederhana, menjadi tidak sederhana karena masyarakat sendiri yang menciptakan dari ketidak pedulian itu sendiri. Sampah hanya dua, yang bau dan yang menumpuk, dua indera itu yang berpengaruh terhadap sampah.

“Sampah numpuk gada masalah kalau tidak ada bau berarti yang bermasalah adalah baunya. Nah, baunya ini jika tidak segera diolah dan selesaikan dan dicarikan solusi. Malasnya kita kalau sudah timbul bau. Jadi setelah habis makan maka segera dipilah yang penting segera diselesaikan masalah sampahnya jangan menunda untuk mengurusi sampah,” pungkas Muntaha.(Fn/St/Hr)


HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: