17 Mar 2023
  Humas DIY Agenda Kegiatan,

Bikin Baper, Enam Film Baru Karya Sineas Muda Panen Pujian

Yogyakarta (14/03/2023) jogjaprov.go.id - Enam film baru karya sineas muda yang diputar di Amphiteatre Taman Budaya Yogyakarta (TBY) pada Selasa (14/03/2023) malam mampu membuat penonton hanyut dalam cerita dan terbawa perasaan alias bikin terbawa baper. Selain itu, para penonton yang mengikuti acara nonton bareng (nobar) gratis pemutaran enam film hasil kompetisi film pendanaan Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY dengan dukungan Dana Keistimewaan (Danais) ini pun panen pujian penonton.
Para penonton yang mayoritas kawula muda ini bahkan dengan antusias dan setia mengikuti dari awal hingga akhir penayangan enam film berdurasi total kurang lebih dua jam tersebut. Enam film yang ditayangkan dalam dua sesi tersebut terdiri dari dua kategori dokumenter berjudul Nginang Karo Ngilo dan Kanaka serta empat kategori fiksi berjudul Nyalawadi, Lebaran Dari Hongkong, Kala Nanti dan Piye Perasaanmu Nek Dadi Aku.
Diantaranya salah satu penonton yang merasa antusias dan senang bisa menonton pemutaran enam film baru karya para film maker muda ini adalah Candra Dian. Pemuda asal Yogyakarta ini menyebut film-film pendek yang diputar ini bisa mengangkat realitas yang acapkali terjadi di masyarakat dengan caranya masing-masing.
"Seru, bagus dan lucu cerita filmnya, pokoknya jadi bikin baper. Setiap film punya pesan tersendiri yang ingin disampaikan. Yang uniknya itu dekat dan bisa dialami dalam kehidupan sehari-hari," ujarnya.
Sama halnya disampaikan Putri Dewi, remaja asal Bantul ini bersama teman-temannya menonton bareng enam film tersebut juga sangat takjub dan memuji jalan cerita masing - masing film yang diputar.
"Kami jadi tahu ternyata teman-teman disabilitas juga sangat aktif bermedia sosial dan memiliki semangat maupun cita-cita keren setelah nonton film ini. Belum lagi bisa mengenal lebih dekat dengan maestro campursari asal Gunungkidul yang ternyata jago main musik berbagai genre di salah satu film kategori dokumenter yang bisa kita tonton malam ini," tuturnya
Sementara itu, Sutradara Film Kala Nanti, Pradhita Blifa mengaku tidak menyangka mendapatkan sambutan positif dan pujian dari penonton. Keberhasilan film ini berkat kerja keras dari teman-teman tuna netra yang didukung sepenuhnya oleh Disbud DIY melalui kompetisi film pendanaan yang mampu memfasilitasi cerita persahabatan ini diangkat ke layar lebar.
" Kala Nanti berkisah tentang dua sahabat tuna netra yang akan berpisah jauh, akhirnya mereka melakukan sesuatu yang mereka inginkan. Dan ingin menunjukkan kesemua teman-teman tuna netra bisa melakukan apapun yang mereka inginkan. Cerita ini sangat personal bagi saya, yang berteman dengan teman -teman komunitas tuna netra serta bisa mengajak mereka dalam produksi film," ungkapnya.
Terkait cerita yang diusung, film maker Lebaran Dari Hongkong, Ahmad Faisol mengatakan film yang disutradarainya ini mengangkat sosok ayah yang ingin berlebaran dengan cara bermain togel untuk mendapatkan uang. Film pendek berdurasi sekitar 20 menit ini membawa nafas adanya pergeseran tentang nilai-nilai Lebaran dimana yang seharusnya saling menerima dan mengikhlaskan bergeser menjadi lebaran yang komersial.
" Artinya masyarakat memaknai Lebaran itu secara komersial dengan berbondong-bondong membeli baju baru dan sebagainya. Melalui film Lebaran dari Hongkong ini, kami ingin mengingatkan dan merefleksikan kembali bagaimana nilai Lebaran itu yang sesungguhnya," jelas mahasiswa jurusan film ISI Yogyakarta ini.
Sebelumnya, Kepala Disbud DIY Dian Lakshmi Pratiwi menyampaikan Kompetisi Pendanaan Film ini merupakan upaya pembinaan kepada film maker - film naker muda yang ada di DIY. Selain
pembinaan, kegiatan tersebut juga sebagai upaya membangun ekosistem perfilman yang semakin baik sehingga dapat mensupport element-element yang ada didalamnya tumbuh dan berkembang. Sebab dari ekosistem perfilman yang baik akan lahir pula film-film hebat yang turut membangun peradaban dan meningkatkan ketahanan budaya.
" Banyak negara maju seperti Amerika, Perancis, bahkan Korea memasukkan pengaruh budayanya dengan ujung tombak perfilman sehingga perlahan mengikis kebudayaan asli kita. Kesadaran ini perlu kita sikapi bersama dengan terus berupaya melakukan pembinaan, pembenahan, belajar bersama para maestro film untuk mengembangkan perfilman kita menggapai kemandirian dan memenangkan persaingan budaya" terangnya.
Dian berharap melalui program ini dapat membangun ekosistem perfilman di DIY pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya untuk lebih baik lagi. Selain itu, diharapkan pula setelah mengikuti program kompetisi pendanaan film maka film maker ini akan siap terjun di industri perfilman nasional dan m yang lebih tinggi lagi akan siap berkiprah di industri perfilman internasional kedepannya. (Fn/Dv/Hr/Im)

 

Humas DIY

Bagaimana kualitas berita ini: