19 Mei 2024
  Humas DIY Berita,

Darurat Sampah, Pembangunan TPS 3R Kranon dan Karangmiri Dikebut

Yogyakarta (19/05/2024) jogjaprov.go.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) tengah mempersiapkan Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS 3R) di tiga lokasi yaitu Nitikan, Karangmiri dan Kranon. TPS 3R Nitikan telah sepenuhnya beroperasi, sedangkan TPS 3R Kranon dan Karangmiri tengah dikebut pembangunannya. Meski dalam proses pembangunan, namun keduanya sudah mulai beroperasi, TPS 3R Kranon pada Senin (13/05) lalu dan TPS 3R Karangmiri ditargetkan Senin (20/05).

Hal tersebut merupakan wujud kesiapan Pemkot Yogyakarta dalam melakukan desentralisasi pengolahan sampah secara mandiri pasca penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan pada April 2024 lalu. Tiga TPS 3R yang mampu mengelola sampah setidaknya 120 ton per hari ini harus secepatnya beroperasional karena kondisi Kota Yogyakarta darurat persampahan. Ketiganya menggunakan teknologi Refused Derived Fuel (RDF) yang menghasilkan bahan bakar alternatif pengganti batu bara yang dibutuhkan pabrik.

Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Persampahan DLH Kota Yogyakarta, Ahmad Haryoko mengatakan pembangunan kedua TPS 3R menggunakan Dana Keistimewaan (Danais) 2024 dengan nilai kontrak Rp 2,4 miliar untuk TPS 3R Kranon dan pagu Rp 4,1 miliar untuk TPS 3R Karangmiri. Kucuran Danais ini sepenuhnya untuk konstruksi baik pembangunan tempat pengolahan, kantor dan bangunan kemasyarakatan. Setiap TPS 3R baru ini dilengkapi satu modul mesin RDF senilai Rp 2,6 miliar berasal dari APBD.

"Itu lokasi TPS 3R baru yang pembangunannya menggunakan Danais 2024 ini. Sekali lagi kami berterima kasih kepada Pemda DIY yang sudah memberikan kemudahan dalam hal pembiayaan pengolahan sampah di Kota Yogyakarta. Kami kebut pembangunannya dan targetkan bisa beroperasional penuh 100 persen pada pertengahan Juni 2024," katanya kepada Tim Humas Pemda DIY saat ditemui di Kantor DLH Kota Yogyakarta, Jumat (17/05).

Haryoko menyampaikan satu modul mesin RDF tersebut mampu mengolah sampah sebanyak 30 ton setiap harinya sejak pukul 06.00 hingga 18.00 WIB. Hasil pilihan sampah diubah menjadi bahan bakar alternatif pengganti batu bara. Targetnya adalah zero residu sampah pasca pengolahan. Dari sampah ssgar yang diolah mesin, maka sebanyak 60 persen menjadi RDF. Sisanya, 40 persen diolah lagi menjadi bentuk lain, termasuk pemanfaatan menjadi kompos untuk sampah organik.

"Total sampah di Kota Yogyakarta yang harus kita tangani dikisaran 180 ton setiap harinya, sedang tiga TPS 3R tersebut hanya bisa mengolah sampah total 120 ton per hari. Rinciannya Nitikan 70 ton, Kranon 30 ton dan Karangmiri 30 ton. Sisanya 60 ton dikerja sama dengan swasta. TPS 3R Kranon sudah dioperasionalkan terbatas sebab masih perlu penyesuaian, utamanya terkait lingkungan lokasi. Kita harus membiasakan masyarakat sekitar terkait aroma tak sedap yang mungkin timbul," ungkapnya.

Lebih lanjut, Haryoko menambahkan TPS 3R Karangmiri yang juga masih dalam tahap pembangunan sebisa mungkin beroperasional 20 Mei 2024. Namun masih diupayakan mengingat akses jalan menuju lokasi menjadi faktor utama paling berat. Pihaknya tidak akan memaksa kejar target setelah keduanya sudah beroperasional, yang penting jalan dulu. Supaya sampah - sampah yang ada di jalan bisa dikelola dengan tidak menimbulkan permasalahan bagi pariwisata di Kota Yogyakarta.  

"TPS 3R Kranon dan Karangmiri baru bisa operasional 100 persen pada pertengahan Juni 2024 pasca pembangunan selesai. Jadi kita berupaya seoptimal mungkin agar kedua TPS 3R ini segera berfungsi karena kondisi darurat persampahan. Supaya sampah yang ada dijalan maupun penumpukan sampah di setiap depo wilayah bisa segera dikelola. Alhasil tak menimbulkan permasalahan kenyamanan terutama bagi industri pariwisata," tandas Haryoko.

Selain berupaya membangun TPS 3R, DLH Kota Yogyakarta pun berharap masyarakat terus menjalankan gerakan nol sampah terutama untuk sampah anorganik. Mengingat Pemkot Yogyakarta sudah mempunyai program Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori ala Jogja (Mbah Dirjo) secara massal. Sebanyak 60 persen sampah yang dihasilkan adalah sampah anorganik, apabila sampah tersebut bisa diolah maka akan meringankan tugas DLH.(Fn/Wp/Stt/Yd/Han/Erf/Sd/Rcd/Im/Ip)

 

HUMAS PEMDA DIY

Bagaimana kualitas berita ini: