05 Jul 2022
  Humas DIY Berita,

Difagana Lolos dalam TOP 99 Sinovik 2022

Yogyakarta (05/07/2022) jogjaprov.go.id – Difabel Siaga Bencana (Difagana), pelopor penanggulangan bencana inklusif DIY ini lolos pada Top 99 Sistem Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) 2022 KemenpanRB RI. Program ini dibentuk oleh Pemda DIY mulai tahun 2017 untuk memberikan ruang kepada kaum disabilitas agar bisa berperan aktif dalam kebencanaan.

Pada presentasi Top 99 Sinovik 2022 di hadapan Kemenpan RB, Selasa (05/07) di Gedhong Pracimasana, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta ini Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan Difagana lahir didasari konsep peer to peer.  Konsep peer to peer yaitu memberdayakan difabel untuk sesama penyandang disabilitas serta menekankan kesamaan hak partisipasi dalam penanggulangan bencana. Difagana menurut Sri Sultan dinilai lebih memiliki empati, komunikatif, dan responsif terhadap kebutuhan sesamanya jika dibekali pengetahuan dan keterampilan.

Difagana menjadi pelopor penanggulangan bencana oleh kaum disabilitas di Indonesia dengan mengusung manajemen bencana berbasis inklusi. Sri Sultan menyebut Difagana memiliki cara tersendiri dalam mengomunikasikan layanan pada penyandang disabilitas, mampu membangun empati dan sesitivitas dalam memahami kebutuhan sesamanya, dan mampu memetakan kebutuhan penyandang disabilitas korban bencana untuk menyediakan layanan yang tepat, berkualitas, aksesibel dan setara.

“Mereka (Difagana) ini telah membuktikan mampu berpartisipasi aktif pada penanganan kebencanaan di Palu, Lombok, dan lainnya. Mereka membuktikan meskipun difabel tapi tetap bisa berdaya. Jadi dalam pemberdayaan itu harapannya dia tumbuh kepercayaan kepada dirinya sendiri dan masyarakat juga turut memberikan kepercayaan,” ungkap Sri Sultan.

Sri Sultan mengatakan memberikan kepercayaan penuh kepada para penyandang disabilitas ini agar mandiri dan bisa berbuat sesuatu tidak hanya untuk dirinya tapi juga untuk orang lain. Selain itu, dirinya mengatakan tidak ingin terjadi lagi pengalaman-pengalaman penanganan bencana yang kurang nyaman kepada para korban baik itu kaum disabilitas ataupun umum seperti pada tahun 2006 dan 2010 lalu.  

“Pada bencana 2006 dan 2010 lalu, difabel ini sepertinya jadi orang yang harus dikasihani karena dipandang tidak mungkin bisa berbuat sesuatu untuk orang lain. Tapi ternyata dari pengalaman itu justru menjadi cambuk mereka bisa mandiri, menolong dirinya sendiri karena memang dia menyadari kekurangan dan bahkan bisa berbuat sesuatu untuk orang lain. Jadi kemandirian itu terjadi, sehingga harapan kita bersama bagaimana masyarakat juga bisa menghargai bentuk pengabdian sesuai apa yang mereka bisa lakukan untuk kepentingan orang lain,” papar Sri Sultan.

Menurut Gubernur DIY ini, tidak ada kesulitan yang berarti saat pembentukan dan pelatihan Difagana yang dilakukan sejak 2017 ini. Bahkan sampai saat ini, kaum disabilitas yang tergabung dalam Difagana sudah mencapai 67,5% dari keseluruhan penyandang disabilitas di DIY. Mereka tergabung sebagai relawan non SAR yang aktif pada penanganan kebencanaan dari merancang program penanganan baik teknis maupun non teknis hingga kontruksi. Bahkan, pada Hari Disabilitas Internasional Tahun 2017, Difagana memperoleh apresiasi dari Menteri Sosial RI yang menyebut Difagana sebagai gagasan ‘out of the box’ dari Dinas Sosial DIY, dan pertama serta satu-satunya di Indonesia.

Dodi Kurniawan Kalidri, Ketua Difabel Siaga Bencana mengatakan, banyak sekali penyandang disabilitas DIY yang sangat tertarik untuk bergabung dengan Difagana. Banyaknya kegiatan-kegiatan penanggulangan bencana dan kegiatan sosial lainnya yang membuat para penyandang disabilitas ini merasa ingin turut berperan aktif membantu sesama.

Dodi mengatakan, telah dibekali ilmu dan keterampilan untuk menunjang kemandirian sehingga mampu berperan dalam masyarakat. Dirinya merasa dihargai dan tidak lagi menganggap diri sendiri sebagai beban karena bisa menunjukan potensi diri di tengah keterbatasan.

“Kami diberikan bekal ilmu tentang manajemen kebencanaan. Saat pandemi pun kami berproses untuk mendampingi teman-teman penyandang disabilitas. Ada di 65 titik di seluruh DIY atau sekitar 3.000 difabel yang sudah kami layani. Jadi kami tidak membatasi hanya di kebencanaan alam saja tapi non alam pun kami siap,” ungkapnya.

Senada dengan yang disampaikan Gubernur DIY, Dodi menyebutkan tahun 2006 dan 2010 dirinya dan penyandang disabilitas yang lain merasa sangat tertinggal dalam proses kebencanaan. Bahkan merasa menjadi pihak yang selalu dikasihani dan dianggap harus selalu diselamatkan. Padahal bukan itu yang dirinya dan penyandang disibilitas lain inginkan.

“Kami mampu menjadi subjek. Setelah Difagana terbentuk ini memang di awal-awal masih banyak yang menyangsikan apakah Difagana bisa karena difabel, tapi ternyata kami bisa berperan sebagai subjek. Kami bisa punya peran bagaimana penanganan kebencanaan itu bisa inklusif,” tutupnya.

Kepala Dinas Sosial DIY Endang Patmintarsih dan Kepala Bappeda DIY Beny Suharsono turut mendampingi Gubernur DIY pada presentasi daring di hadapan tim Kemenpan RB RI yang menjadi juri pada ajang 99 TOP Sinovik 2022 tersebut. (uk/ade/wa)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: