09 Mar 2024

Epic, Tari Beksan Trunajaya Meriahkan Pembukaan Pameran Abhimantrana

Yogyakarta (09/03/2024) jogjaprov.go.id - Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta resmi membuka pameran awal tahun bertajuk Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta di Pagelaran Keraton Yogyakarta pada Jumat malam (08/03). Pemeran temporer yang menyajikan berbagai upacara adat yang digelar di keraton, terutama berkaitan dengan fase daur hidup manusia Jawa tersebut mengambil momentum ulang tahun penobatan atau Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas.

Hujan deras tidak menyurutkan antusiasme warga yang menonton sehingga memenuhi kursi dan duduk lesehan di sekitar panggung. Turut hadir Wakil Gubernur KGPAA Paku Alam X beserta GKBRAA Paku Alam, sejumlah anggota Forkopimda, pejabat di lingkungan Pemda DIY dan para tamu undangan lainnya.

Pameran Abhimantrana ini dapat dikunjungi di Gedhong Sarangbaya Kompleks Kedhaton Keraton Yogyakarta mulai 9 Maret hingga 25 Agustus 2024 mendatang. Sebelum pembukaan pameran, rangkaian acara peringatan ulang tahun penobatan Sri Sultan HB X diawali Kirab Trunajaya pada Kamis (07/03) lalu. Kemudian dilaksanakan Simposium Internasional Budaya Jawa di Royal Ambarrukmo Yogyakarta pada Sabtu dan Minggu (09-10/03).

Istimewanya, tarian Beksan Trunajaya yang merupakan mahakarya seni tari Yasan Dalem atau ciptaan Sri Sultan HB I ini untuk pertama kalinya dipentaskan secara utuh dalam satu repertoar setelah lebih dari 80 tahun absen, terakhir tercatat di arsip era Sultan HB VII pada tahun 1938. Beksan Trunajaya utuh terdiri dari Lawung Alit, Lawung Ageng, dan Sekar Medura. Penampilan tarian ini pun makin menarik dan seru karena melibatkan penonton atau berinteraksi selama berlangsung hampir dua jam tersebut.

"Dengan visi pelestarian budaya, saya mengapresiasi pameran ini dan mengundang masyarakat luas untuk mengunjungi pameran Abhimantrana Upacara Adat Keraton Yogyakarta. Sebagai diorama yang menyajikan pelbagai upacara adat Keraton Yogyakarta," tutur Gubernur DIY Sri Sultan HB X.

Sri Sultan mengatakan Keraton Yogyakarta bertekad memompa semangat kebudayaan Jawa dan mempertahankan tradisi yang tercermin dalam prosesi upacara adat. Setiap upacara adat yang diwariskan, dari ritual harian hingga peringatan besar keagamaan dan pemerintahan adalah cermin dari harmoni kosmik dan tatanan sosial.

" Upacara adat bukan hanya sebagai peristiwa, melainkan cerita hidup yang dijalin dengan nilai-nilai estetis, filosofis, dan spiritual. Dalam semesta kehidupan, dimana harmoni dan keberkahan bersatu dalam doa dan perayaan, upacara adat menjadi medium suci untuk memohon keselamatan dan keberkahan universal," terangnya.

Upacara adat yang sampai saat ini masih dilaksanakan Keraton Yogyakarta, pada khususnya mempunyai tiga fungsi, yaitu spiritual, sosial dan pelestarian lingkungan fisik atau alam. Kesemua fungsi itu, mengerucut pada nilai utama Hamemayu Hayuning Bawono.

Dinding keraton menjadi saksi bisu, dimana upacara adat masih eksis sampai saat ini. Hal tersebut membuktikan ditengah tantangan zaman masih ada ruang utopia, di mana nilai-nilai filosofis dan estetis dari masa lalu dapat terjaga dan terus menginspirasi generasi yang akan datang

" Semoga pameran ini menjadi sarana inspirasi dan jendela informasi bagi masyarakat dalam memahami dan menginterpretasikan khasanah upacara adat Keraton Yogyakarta. Tentu, sebagai upaya nyata menuju pemahaman yang lebih luas, agar kebudayaan dapat terus hidup dan berkembang di tengah perubahan dunia," imbuh Sri Sultan.

Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Nityabudaya sekaligus penanggung jawab pameran GKR Bendara menyampaikan mengusung tema besar Upacara Adat Keraton Yogyakarta baik pameran maupun simposium menawarkan berbagai pengetahuan tentang kesadaran hidup dari masyarakat yang adil. Upacara adat di Keraton Yogyakarta bukan sekedar penanda kekuasaan tetapi menjadi sebuah perjalanan dari laku keselamatan yang lebih luas.

"Dengan mengambil momentum ulang tahun kenaikan takhta ke-35 Sri Sultan HB X, Keraton Yogyakarta mengajak masyarakat berkontemplasi melalui upacara adat. Mengusung Abhimantrana, pameran ini menjadi potret dari ruang informasi bagi pengunjung dalam membaca dan menafsirkan pelestarian budaya yang dikontekstualisasikan dengan potret hari ini," ungkap putri bungsu Raja Keraton Yogyakarta tersebut.

Melalui gelaran pameran ini, Keraton Yogyakarta mengundang masyarakat untuk kembali menggali sejarah, kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Budaya Jawa.Pameran dapat dikunjungi sesuai jam operasional wisata keraton dengan HTM sebesar Rp 15 ribu untuk wisatawan domestik dan Rp 20 ribu bagi wisatawan mancanegara. (Fn/Sd/Stt)

HUMAS PEMDA DIY

Bagaimana kualitas berita ini: