25 Feb 2018
  Humas Berita, Warga,

Festival PBTY Jadi Wujud Integrasi Sosial di Indonesia

Yogyakarta (24/02/018) jogjaprov.go.id - Sesuai visi dan harapan bangsa terhadap persatuan dan kesatuan, Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) menjadi wujud integrasi sosial. Integrasi sosial sendiri sangat dibutuhkan demi menuju indonesia baru yang lebih menyatu dan berkeadilan.
 
Hal ini diungkapkan oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya saat pembukaan PBTY ke-13 di Alun-Alun Utara Yogyakarta, Sabtu (24/02). Sri Sultan mengungkapkan, budaya adalah ciri suatu bangsa yang diperoleh lewat suatu proses belajar dan interaksi. Dan proses berbudaya adalah proses integratif dalam cara hidup yang bermakna.
 
"Budaya Indonesia sudah diikrarkan pada Sumpah Pemuda sebagai pengukuhan cita-cita bersama. Sehingga dapat dikatakan, bangsa Indonesia telah mengukuhkan pula identitas budaya tionghoa menjadi salah satu unsur pembentuk bangsa yang dipahat bersama dengan etnis lainnya," kata Gubernur DIY.
 
Ngarsa Dalem menuturkan, konon tahun anjing membawa sifat bumi yang punya aura dingin. Sehingga setiap persoalan menurut Sri Sultan, harus dicari solusi dengan pikiran jernih, mencontoh dari kecerdasan seekor anjing dan hati yang dingin karena loyalitas pada kebenaran.
 
Ngarsa Dalem pun menambahkan, berbagai musibah alam yang menimpa bangsa ini seperti banjir, longsor, dan badai di tahun ini harusnya membuka kesadaran warga masyarakat untuk menempatkan kembali bumi sebagai 'ibu'. Dalam arti, bumi menjadi wujud, yang harus dirawat dan dijaga dengan gerakan cinta lingkungan yang nyata.
 
"Sesuai sifatnya sebagai 'ibu' yang bijak, hal ini juga menuntun kita untuk senantiasa bersabar dan tidak mudah tersulut emosi oleh provokasi. Apalagi dengan saratnya berita hoax menyongsong pemilu serentak nanti. Dalam suhu panasnya peta perpolitikan menjelang pesta demokrasi ini, kita harus berhati-hati dalam perkataan maupun tindakan agar tidak disalahartikan dan direkayasa sedemikian rupa dan bisa berdampak luas," papar Ngarsa Dalem.
 
Sri Sultan mengimbau, ketentraman dan kedamaian serta iklim toleransi yang telah terbangun di Jogja dapat terpelihara. Untuk itu, beliau berharap para anggota paguyuban kelenteng Tionghoa bisa menjaga diri dalam tata pergaulan agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial.
 
 
Ketua Umum Panitia PBTY ke-13 Tri Kirana Muslidatun mengatakan, tema PBTY 2018 ialah 'Harmoni Budaya Nusantara'. Tema itu dimaksudkan bahwa acara PBTY menunjukkan kebersamaan di Yogyakarta yang guyub, akur, rukun, serta harmonis,.
 
"Jogja sebagai Indonesia kecil, di mana masyarakatnya menjadi komponen membentuk kesatuan dan persatuan bangsa, dan budaya Tionghoa merupakan aalah satu aset budaya kita. PBTY 2018 ini sebagai sumbangsih warga Tionghoa untuk mempererat persaudaraan dengan warga sekitar dan memperkukuh kota Yogyakarta sebagai city of tolerant," ungkapnya.
 
Pembukaan PBTY ke-13 kali ini dimeriahkan pawai budaya yang dimulai dari Area Parkir Abu Bakar Ali, melintasi Jalan Malioboro, Titik Nol Km, hingga berakhir di Alun-Alun Utara. Pada titik finish setiap peserta pawai melakukan atraksinya di depan para undangan. PBTY 2018 sendiri digelar di Kampung Ketandan, Malioboro mulai 24 Februari-2 Maret 2018. (Rt)
 
HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: