24 Sep 2022
  Humas DIY Berita, Agenda Kegiatan,

Hibah 50 Ribu Tanaman Kopi, Sri Sultan Harapkan Petani Tingkatkan Produktivitas

Sleman (24/09/2022) jogjaprov.go.id - Pemerintah pusat melalui Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) RI menghibahkan 50.000 batang tanaman kopi kepada 20 kelompok tani di Kapanewon Cangkringan, Turi, dan Pakem, Kabupaten Sleman. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X berharap hibah tersebut memacu petani lebih serius meningkatkan produktivitas. 
 
“Aktivitas menanam kopi jangan hanya sekadar dijadikan sebagai tambahan penghasilan, tapi dijadikan sebagai pilihan (pekerjaan) utama. Sehingga itu pasti diopeni (dirawat) dan menjadi sumber pendapatan utama,” jelas Sri Sultan, Sabtu (24/09) pagi, di Dusun Petung, Kalurahan Kepuharjo, Kapanewon Cangkringan, Sleman.  
 
Pada kesempatan itu, secara simbolis, Sri Sultan melakukan penanaman satu batang tanaman kopi sebagai bagian dari Gerakan Tanam Kopi Indonesia (Gertaki) bersama dengan Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Ditjen Perkebunan Kementan RI, Wakil Ketua DPRD DIY, Bupati dan Wakil Bupati Sleman, Asisten Sekda DIY, Kepala Perwakilan BI Yogyakarta, Ketua Kadin DIY, dan Dirut Bank BPD DIY.
 
“Peristiwa pagi ini akhirnya terjadi juga, pada hakikatnya seharusnya gunung kembali ke gunung. Tidak ada aktivitas penambangan (pasir),” tegas Sri Sultan. Ngarsa Dalem mendorong agar tanah Sultan Ground dan lahan-lahan kosong di kawasan lereng Gunung Merapi dimanfaatkan untuk membudidayakan kopi. “Lebih baik ditanami kopi sehingga menjadi solusi untuk meningkatkan pendapatan,” harap Ngarsa Dalem. 
 
Hibah 50.000 batang tanaman kopi tersebut nantinya akan ditanam pada lahan seluas 50 hektare. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya penciptaan lahan hijau di kawasan lereng Gunung Merapi. “Lima puluh hektare ini sudah kita siapkan, semoga tepat, petani juga tepat dan mumpung masih ada hujan jadi tidak kering. Semoga dapat bermanfaat untuk masyarakat, sehingga dengan tanaman ini kan, (tanah) tidak dikeduk (digali) lagi (untuk penambangan),” tegas Sri Sultan. 
 
Sri Sultan juga menyebut bahwa petani kopi juga perlu melakukan inovasi dengan menanam tanaman selain kopi. “Tanaman kopi biasanya baru bisa dipanen setelah tiga tahun. Bapak Ibu sekalian tentu juga membutuhkan penghasilan bulanan. Oleh karenanya, tanaman-tanaman kopi coba diberi jarak satu sama lain agar juga bisa ditanami tanaman lain dengan sistem tumpangsari, misalnya kacang dan sebagainya,” imbuh Ngarsa Dalem.
 
 
Ngarsa Dalem turut berharap, koordinasi yang berkesinambungan antara pemerintah daerah DIY dengan pemerintah kabupaten dan petani terus dibina. “Pemda DIY, dengan Sleman (Pemkab Sleman), serta warga, bisa dirembug (dibahas) petanya akan seperti apa untuk tanaman kopi ini,” pesan Ngarsa Dalem.
 
Pada agenda seremonial tersebut, turut dilakukan penyerahan benih tanaman kopi kepada lima orang perwakilan kelompok petani. Penyerahan dilakukan oleh Gubernur DIY, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Ditjen Perkebunan Kementan RI, Bupati dan Wakil Bupati Sleman, serta Kedua Kadin DIY. 
 
Sementara, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Ditjen Perkebunan Kementan RI Hendratmojo Bagus Hudoro, menyampaikan produksi kopi secara umum di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan kopi lingkup lokal.
 
Bagus, sapaannya, mengatakan penyerahan bantuan benih kopi di lereng Merapi dari pemerintah pusat melalui program Gertaki telah berjalan sejak Januari 2022. Tujuannya untuk meningkatkan produktivitas kopi nasional. Hal itu karena kopi merupakan salah satu dari 16 komoditas unggulan perkebunan.
 
 
“Meski demikian, kita masih jauh dari potensi, saat ini hanya 700 kilogram/hektare per tahun padahal potensinya sampai 2 ton/hektare per tahun. Sangat jauh jika dibanding negara penghasil kopi lainnya seperti Brazil dan Vietnam yang menghasilkan 4 ton/hektare per tahun. Ini tantangan kita, jika sudah niat dan bertekad mengembangkan kopi, kata kuncinya adalah pemeliharaan,” tukasnya. 
 
Ia berharap, ketika tanaman kopi yang dihibahkan sudah ditanam, pemeliharaan harus dilakukan rutin. “Kalau belum ada pupuk bantuan, bisa gunakan saja pupuk kandang, dikumpulkan untuk memupuk,” urai Bagus. 
 
Bagus berpesan kepada petani untuk tetap menjaga kualitas hasil panen, yakni dengan tidak memanen tanaman kopi yang belum siap. “Biasanya yang sudah siap panen itu yang berwarna merah. Namun sering terjadi belum sampai merah sudah dipetik, jadi kualitas hasil panennya tidak stabil karena tanamannya belum siap," tutupnya. 
 
 
Peningkatan Produksi, Upaya Wujudkan Sleman Utara Sebagai Sentra Kopi
 
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY Sugeng Purwanto, juga menyebut bahwa hibah 50.000 tanaman kopi masih jauh dari kebutuhan asli di lapangan. Kecepatan konsumsi belum diimbangi dengan kecepatan produksi. “Kebutuhan kopi DIY baru bisa tercukupi 10 persen, sisanya 90 persen tercukupi dari luar DIY,” jelasnya. 
 
Dengan demikian, adanya bantuan dari Kementan RI, menurut Sugeng akan meningkatkan geliat dan produktivitas petani kopi. “Apalagi di tahun 2023, Kementan juga menjanjikan untuk memberikan lagi 50.000 batang tanaman kopi,” katanya. 
 
Mengingat kondisi iklimnya, wilayah Sleman bagian utara yang terletak di dataran tinggi sangat berpotensi untuk menjadi sentra kopi. Kopi yang berkembang di Kabupaten Sleman adalah jenis robusta dan arabika. Untuk arabika, ada sekitar 36,6 hektare di tahun 2021, terbesar di Cangkringan, Turi, dan Pakem, Sementara untuk robusta sekitar 17,95 hektare dan paling banyak di Cangkringan. 
 
Sugeng berharap, program Gertaki dan bantuan tanaman kopi menjadi angin segar bagi peningkatan kesejahteraan petani kopi di wilayah Sleman sekaligus meningkatkan daya saing akan mutu dan kualitas produk.
 
Meski demikian, ia tak menampik masih adanya kendala dalam peningkatan hasil panen yakni aspek produktivitas seperti pengolahan yang masih konvensional dan cara pengeringan yang masih dijemur. Sangat diperlukan koordinasi dan kooperasi antara petani dan pemerintah daerah agar cita-cita untuk menjadikan Sleman bagian utara sebagai sentra kopi dapat terwujud. 
 
Lurah Kepuharjo, Cangkringan, Heri Suprapto mengaku bersyukur sejumlah kelompok tani di desanya mendapatkan bantuan bibit kopi dari pemerintah pusat. Ia berharap bantuan itu bisa dimaksimalkan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan warga.
 
“Apalagi di kawasan Kepuharjo ini sejak beberapa tahun terakhir ini banyak sekali bermunculan kedai-kedai kopi yang selalu ramai wisatawan. Artinya kan pasarnya jelas, potensi ini harus dimaksimalkan oleh para petani,” katanya.
 
Heri menjelaskan, di wilayah Kepuharjo sendiri terdapat dua kelompok pembudidaya kopi yang berasal dari empat padukuhan. “Selama ini mereka melakukan usaha budidaya kopi di lahan seluas kurang lebih 20 hektare. Dengan adanya bantuan pemerintah, harapannya luasan lahan budidaya serta hasil produksi kopi akan semakin bertambah,” pungkasnya. [vin/ad/jh/rd]
 
HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: