22 Jun 2022
  Humas DIY Berita,

HUT Klenteng Poncowinatan Jadi Ajang Pengenalan Budaya Tionghoa

Yogyakarta (22/06/2022) jogjaprov.go.id – Etnis Tionghoa di DIY adalah salah satu penyumbang kekayaan dan keberagaman etnis, suku dan budaya. Untuk itu, sudah sewajarnya apabila kebudayaan asli Tionghoa ini tetap dipertahankan sebagai ciri khas keberagaman dan simbol persatuan yang patut dibanggakan.

Wagub DIY KGPAA Paku Alam X mengungkapkan hal demikian saat menerima audiensi para tokoh pecinan DIY, Rabu (22/06) di Gedhong Pare Anom, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta. Para tokoh ini mengutarakan niat untuk menggelar perayaan ulang tahun Klenteng Poncowinatan yang ke 141 tahun. Rencananya acara akan digelar pada 22 hingga 24 Juli 2022 mendatang.

Sri Paduka menyambut baik rencana perayaan tersebut karena nantinya tidak hanya sekedar perayaan ulang tahun saja, namun juga menjadi ajang untuk memperkenalkan budaya Tionghoa yang sudah mulai luntur. Bagaimanapun, Tionghoa adalah bagian tidak terpisahkan dari keistimewaan DIY yang harus dilestarikan, dijaga dan diwariskan kepada pemuda pemudi etnis Tionghoa.

“Sudah sewajarnya kebudayaan diuri-uri, kalau bisa budaya itu justru memang dipelihara, karena wilayah Kranggan ini yang menjadi Pecinan. Kranggan itu memang banyak heritage, banyak budaya Tionghoa di situ yang kelihatannya makin luntur. Nah ini kalau bisa terus digali lagi,” ungkap Sri Paduka.

Agus Handoko, Ketua Pelaksana Kegiatan Perayaan Hari Ulang Tahun Klenteng Poncowinatan, mengatakan bahwa nantinya pada perayaan HUT Klenteng Poncowinatan ke 141 tahun ini akan dibarengi dengan pagelaran seni. Beberapa kesenian akan kembali digali dan ditampilkan agar masyarakat lebih mengenal seperti apa budaya Tionghoa.

“Kita ingin melalui perayaan ini masyarakat jadi tahu, Tionghoa itu punya budaya apa saja. Termasuk juga nanti ada jemparingan, kemudian batik Tionghoa, kuliner Tionghoa kemudian ramal-meramal dan lainnya. Itu nanti akan kita tampilkan pada perayaan tersebut, selain tentunya juga yang wajib bagi kami adalah sembahyangan,” jelas Agus.

Acara ini akan digelar di pelataran Klenteng Kwan Tee Kiong atau Klenteng Poncowinatan yang didirikan pada tahun 1879 oleh Sultan Hamengku Buwono VII ini. Sejarahnya, klenteng ini didirikan di atas tanah hibah Keraton Yogyakarta, dan diberikan kepada masyarakat Tionghoa. Klenteng Poncowinatan selama ini digunakan sebagai tempat pemujaan Tri Dharma yaitu Buddha, Konghucu, dan Taoisme. Upacara keagaman di klenteng ini biasanya dilaksanakan pada hari ulang tahun klenteng pada tanggal 24 bulan ke-6 dan tahun baru Imlek.

Maka, dalam upaya lebih mengenalkan keberadaan klenteng ini sekaligus mengenalkan budaya dan etnis Tionghoa, acara perayaan ini nantinya akan terbuka untuk umum. Oleh karena itu, acara sengaja digelar di pelataran klenteng agar masyarakat lebih mudah menjangkau dan lebih leluasa. Anton menambahkan, acara perayaan ulang tahun ini baru pertama kali digelar tahun ini. Sesuai dengan arahan Sri Paduka, Anton berharap acara ini bisa rutin digelar tiap tahun dengan menggandeng Dinas Pariwisata, Dinas Kebudayaan, dan pihak lainnya.

Pada pagelaran pertama ini, Anton mengaku optimis dan telah mengoptimalkan bebebrapa asrama yang ada di seputaran Pecinan Kranggan untuk meriahkan acara. Karena tujuan perayaan juga untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, Anton juga sudah bekerjasama dengan Ketua RW setempat untuk mendata sejumlah pedagang yang akan berpartisipasi. Sedikitnya 40 pedagang kuliner khas Tionghoa telah mendaftarkan diri untuk ambil bagian.

“Harapan kami memang daerah sana bisa menjadi destinasi wisata baru sehingga bisa mengangkat kesejahteraan warga sekitarnya,” tutup Anton. (uk/sd)

Humas Pemda DIY

 

Bagaimana kualitas berita ini: