14 Okt 2021
  Humas Berita,

Inovasi Digital, Atasi Masalah Laten Sektor Pertanian

Yogyakarta (14/10/2021) jogjaprov.go.id – Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY telah menerapkan program “Pengendalian Hulu-Hilir, Inflasi Terjaga” (Ulir-Siaga) guna menghadapi masalah laten pada sektor pertanian.  Inovasi ini merupakan penanganan gejolak harga dengan metode preventif, melalui optimalisasi tata niaga dalam rantai pasok yang terstruktur serta terintegrasi dari hulu-hilir.

“Program unggulannya adalah inovasi digitalisasi dari sisi-hulu untuk peningkatan produksi, dan penguatan hilir untuk perluasan jangkauan distribusi dan pemasaran,” jelas Ketua Dewan Pendidikan Hari Dendi pada FGD Yogya Semesta dengan topik Pengembangan Potensi Agrobisnis untuk Peningkatan Ekspor DIY” Kamis (14/12) di Gedung Heritage Bank Indonesia, Yogyakarta. 

Hari Dendi mengatakan, masalah laten di sektor pertanian adalah menjaga stabilitas harga dengan usaha menyeimbangkan supply dan demand. Saat ini, sektor agro terkena double-punch dengan masalah utama ketergantungan pada musim yang memerlukan jawaban teknologi. Selain itu juga ada pasar dan tingkat harga yang fluktuatif, ditambah dengan dampak pandemi covid-19 sejak 2019

Stimulus menurutnya menjadi kebutuhan guna menjaga daya tahan ekonomi masyarakat dan mempercepat pemulihan ekonomi. Pemerintah harus melakukan intervensi pada input produksi (saprodi) yang memiliki kontribusi besar seperti benih unggul, pupuk  dan pestisida. Selain itu, digitalisasi pengendalian proses hulu-hilir ditujukan untuk mendorong UKM agro agar tumbuh semakin produktif. Dengan smart digital farmingmeningkatkan produktivitas produsen untuk bertahan dan jika mungkin, naik kelasagar meningkatkan kontribusinya dalam pertumbuhan ekonomi DIY. Hal ini diperlukan guna mendukung sinergi dan kolaborasi lintas-Instansi; Peningkatan kompetensi digital pelaku usaha-tani; Penguatan kelembagaan petani; Optimalisasi KUR Pertanian; Pendampingan intensif sesuai karakteristik usaha-tani; dan Perluasan akses pasar secara digital.

“Itu pun masih diperlukan upaya ekstra dalam meningkatkan konsumsi, disertai langkah mendekatkan produk petani langsung kepada konsumen melalui e-commerce dengan transaksi non-tunai QRIS,” ungkat Hari Dendi.

Ada beberapa solusi yang digarisbawahi oleh Hari Dendi terkait dengan pelaksanaan kegiatan yaitu memanfaatkan teknologi digital sharing antara TPID se-DIY. Sharing teknologi digitalisasi antar TPID Kabupaten/Kota menjadi salah satu jalan keluar. Apabila terlaksana secara menyeluruh Hari Dendi mengatakan akan meningkatkan keberhasilan. Beberapa inovasi digital seperti dipanen.id yang memperoleh TPID Awards 2020 untuk Jawa-Bali dari Presiden. Inovasi ini efektif mengurangi informasi asimetris dan memperluas jangkauan sales. Kabupaten/Kota di DIY perlu mendapatkan prioritas replikasi.

“Jika inovasi ini diakui secara nasional sesuai PP Nomer  38 Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah, maka dapat didiseminasi dan direplikasi ke TPID se-Indonesia. Dimana berbagai daerah telah berkunjung untuk mencoba mereplikasinya,” ungkap Hari Dandi.

Selama ini menurutnya sudah banyak cerita sukses terkait dengan peningkatan hasil dan mutu digitaliasi ini. Sebagai contoh,  Sleman menggunakan aplikasi dipanen.id pada pasar lelang digital komoditas cabai yang berimplikasi luas. Dari sisi konsumen, memangkas rantai tata-niaga cabai dan meminimalisir asimetri informasi. Implikasinya mendukung one-price, one-region komoditas pangan. Dari sisi produsen, meningkatkan efektivitas manajemen pasar lelang dan terbentuklah database transaksi lelang cabai, sehingga impact-nya pun meningkatkan daya-tawar petani. Selain itu, ada pula melalui digitalisasi, banyak mitra dagang dari berbagai tempat menjadi tujuan ekspor.

Pada FGD tersebut, selain Hari Dendi, hadir sebagai narasumber; Sumaryono, ketua APIQ sekaligus guru besar UGM; Ana Widyawati Kepala Biro Organisasi Setda DIY; dan Miyono, Kepala PwK Bank Indonesia DIY. (uk)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: