05 Des 2013
  Humas Berita,

Kasus Demam Berdarah Di DIY Melonjak

 

 

 

Kasus Demam Berdarah Di DIY Melonjak

 

 

Fogging Tidak Direkomendasikan Dinas Kesehatan

 

 

YOGYAKARTA (06/12) - Di musim hujan saat ini masyarakat di wilayah DIY dihimbau untuk mewaspadai berbagai penyakit yang menyertainya, seperti diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD), Leptospirosis, diare dan penyakit kulit.


Di musim hujan seperti sekarang yang masih ada panas, selalu ada genangan air terutama di talang rumah yang sering menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah,'' kata Kepala Dinas Kesehatan DIY, dr. RA. Arida Oetami, M.Kes, Kamis (05/12) di Rumah Makan Dapur Ibu Yogyakarta, pada acara Jumpa Pers yang diselenggarakan Bagian Humas, Biro Umum, Humas dan Protokol Setda DIY.

 

 

Pada musim hujan dengan curah hujan tinggi lanjut Arida, biasanya kencing tikus yang mengandung bakteri leptospira (penyebab penyakit leptospirosis) terbawa air hujan. Karena itu bagi masyarakat yang sehari-hari kontak dengan air seperti petani, jika mengalami luka harus ditutup lukanya, sebab jika luka terbuka dan kontak dengan air yang tercemar air kencing tikus yang mengandung leptospira bisa terkena penyakit leptospirosis.

 


Di musim hujan lanjutnya, biasanya juga sering muncul penyakit diare terutama di daerah yang lingkungannya kotor, penyakit kulit juga sering muncul di musim hujan karena lembab sehingga jamur mudah tumbuh. Karenanya Arida mengimbau kepada masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan.

 

 

Apabila ada DBD di wilayahnya, permintaan fogging tidak direkomendasikan apabila tidak memenuhi persyaratan WHO (Badan Kesehatan Dunia), katanya.

 

 

Menurut dia, fogging hanya mematikan induk nyamuk dan kondisi steril hanya bertahan maksimum lima jam, sesudah itu telur-telur nyamuk menetas lagi dan jentik-jentik berkembang lagi. Keputusan fogging juga tidak boleh asal memenuhi permintaan warga yang daerahnya terjangkit, petugas rumah sakit harus observasi terlebih dahulu hingga memutuskan perlu atau tidak pengasapan kawasan terjangit nyamuk dengue.

 

 

Sementara Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Masalah, Dinas Kesehatan DIY drg. Daryanto Chadorie, BSc, M.Kes, menyatakan, dalam menentukan kawasan terjangkit DBD, caranya mengamati angka bebas jentik pada radius 10 - 20 meter, apabila komposisi bebas jentik kurang dari 95 persen, maka area tersebut bisa dipastikan sebagai sumber jentik nyamuk dengue.

 

 

"Mengatasi kawasan terjangkit DBD lebih diutamakan dengan pembersihan genangan air, pemberantasan sarang nyamuk, dan membersihkan kaleng-kaleng bekas dari genangan air." Katanya.

 

 

Kasus serangan dan korban DBD di DIY lanjut Daryanto, terus meningkat. Hingga Oktober 2013, serangan dan korban DBD mencapai 2. 912 kasus, sebanyak 15 kasus korbannya meninggal dunia dengan rincian Kabupaten Bantul 992 kasus dengan 8 kematian, Kota Yogyakarta sebanyak 849 kasus dengan 4 kematian, Kabupaten Sleman 662 kasus dengan 2 kematian, Kabupaten Gunungkidul 302 kasus dengan 1 kematian dan Kabupaten Kulonprogo 104 kasus dan tidak ada kematian.

 

 

Kasus DBD tertinggi setiap tahunnya tetap melekat di wilayah Kota Yogyakarta dan Bantul. Kedua daerah ini masuk kawasan endemic. Penyebab utamanya sanitasi dan lingkungan yang tidak bersih, banyak genangan, barang-barang bekas berserakan," terangnya.

 

 

Musim yang panas yang cenderung ekstrim dan transisi ke musim hujan yang tidak konsisten seperti hujan disertai panas atau sebaliknya, diperkirakan ikut meningkatkan jumlah kasus DBD. Faktor lain yang paling utama adalah masalah kebersihan lingkungan, terutama kawasan genangan air dan penumpukan barang bekas. Oleh karena itu warga masyarakat disarankan membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan mengutamakan kebersihan lingkungan bersama sebagai antisipasi pembentukan dan pembersihan kawasan jentik nyamuk.(rsd)

 

 

HUMAS

 

Bagaimana kualitas berita ini: