10 Jun 2022
  Humas DIY Berita,

Keraton Yogyakarta Kenalkan Vegetasi Sepanjang Sumbu Filosofi Melalui Cultural Trip

Yogyakarta (09/06) jogjaprov.go.id - Di tahun 1755, Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono I memulai mendirikan Keraton Yogyakarta. Berpijak dengan konsep selaras dengan alam, beliau memilih konsep “Hamemayu Hayuning Bawono” memperindah dunia dan isinya, “Golong-Gilig” persatuan raja dan rakyat dan “Sangkan Paraning Dumadi” asal dan tujuan hidup.

Hal tersebut diungkapkan oleh GKR Hayu saat membuka acara Community Engagement And Cultural Trip In Keraton Yogyakarta di Bale Raos, Jl. Magangan Kulon No.1, Panembahan, Kraton, Kota Yogyakarta, Kamis (09/06). Agenda ini diselenggarakan oleh Keraton Yogyakarta bekerjasama dengan komunitas Malam Museum.  Selain peserta umum, acara ini juga diikuti oleh media dan influencer yang ada di Yogyakarta. Melalui agenda ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada peserta dan masyarakat luas terkait Sumbu Filosofi dan apa saja makna-makna yang tersematkan dalam beragam bangunan dan vegetasi sepanjang Tugu-Keraton-Panggung Krapyak.

“Kami berharap tata kota ini bukan hanya berhenti pada simbol tapi menjadi tuntunan kita dalam perilaku sehari-hari. Kebudayaan Jawa mulainya dari filosofi, dari sesuatu yang semula lifestyle dan itu dipraktekkan sehari-hari. Aplikasinya bisa kita lihat secara fisik dalam bentuk tari, arsitektur, tapi yang dasarnya adalah filosofi yang dipraktekkan sehari-hari,” terang GKR Hayu.

Materi pertama yang disampaikan adalah “Sumbu Filosofi Yogyakarta dan Pengusulannya sebagai Warisan Budaya Dunia – UNESCO” dengan narasumber Kepala BPKSF Dinas Kebudayaan DIY, Dwi Agung Hernanto. Dijelaskan bahwa tata kota Yogyakarta sangat istimewa dan layak menjadi warisan dunia. Karena tidak banyak kota di dunia yang memiliki konsep penataan kota yang didasarkan pada nilai-nilai filosofis. Hal inilah yang membuat Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Dinas Kebudayaan DIY mengusulkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia kepada UNESCO.

Konsep Sangkan Paraning Dumadi, Manunggaling Kawula Gusti, Hamemayu Hayuning Bawono serta Golong-Gilig menjadi dasar perancangan tata kota Yogyakarta. Nilai-nilai tersebut terlihat dari keberadaan sejumlah bangunan dan vegetasi penanda yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga Panggung Krapyak. Makna-makna yang terkandung di dalamnya harus diteruskan kepada masyarakat terutama generasi muda agar tidak hilang.

“Berbagai atribut pendukung dari nama wilayah, bangunan di Keraton, ruas jalan utama, sampai aneka ragam vegertasi menjadi wujud aplikasi filosofi luhur tata ruang Yogyakarta yang syarat makna. Ini yang harus kita bagi-bagi seluas mungkin. Mahakarya para pendiri Keraton fisiknya masih ada. Sayang sekali kalau generasi berikutnya tidak aware,” ungkap GKR Hayu.

Keraton dianggap sebagai pusat jagad raya dalam kosmologi Jawa. Pada dasarnya memiliki beragam aturan terkait bangunan dan tumbuh-tumbuhan berikut keletakannya, serta makna yang terkandung di dalamnya. Hal ini merupakan usaha raja untuk menyelaraskan kehidupan raja dengan rakyatnya beserta jagad raya.

Materi kedua disampaikan oleh GBPH Condrodiningrat mengenai “Vegetasi di Keraton Yogyakarta”. Adanya beragam vegetasi atau tumbuhan tertentu yang ditanam di area Keraton Yogyakarta tidak hanya sebagai sarana hiasan dan perindang kawasan. Beberapa vegetasi ini memiliki makna serta mitos yang melekat pada beragam tumbuhan tersebut. Makna dan mitos pada vegetasi ini menjadi sarana penanaman nilai-nilai keluhuran bagi masyarakat pendukungnya. Selain itu, makna dan mitos pada vegetasi Keraton Yogyakarta juga akhirnya menciptakan ragam tradisi dalam upaya perawatan tumbuhan di lingkungan istana Kasultanan Yogyakarta ini.

“Di Keraton tanaman atau vegetasi bukan hanya memperindang atau mencegah polusi tapi memiliki fungsi sebagai simbol ajaran Jawa. Kalau arsitektur tentang sumbu filosofi sudah banyak yang tahu, tapi vegetasi yang ditanam tertentu di Keraton mungkin jarang disorot. Misalnya pohon sawo sebagai simbol kebaikan,” terang GKR Hayu.

Selain materi, agenda Community Engagement And Cultural Trip In Keraton Yogyakarta ini juga ditambah dengan Tour bersama Jogja Heritage Track. Program pembelajaran interaktif dan menarik dari Dinas Kebudayaan DIY. Peserta diajak berkeliling kawasan sumbu filosofi dengan bus yang unik dan ditemani seorang pemandu. Diharapkan menjadi sarana yang menarik masyarakat untuk lebih memahami sumbu filosofi. (Wd)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: