09 Apr 2024
  Humas DIY Berita,

Keraton Yogyakarta Tambah Lokasi Grebeg Syawal 2024

Yogyakarta (09/04/2024) jogjaprov.go.id - Keraton Yogyakarta kembali menggelar prosesi Grebeg Syawal memperingati Idulfitri 2024. Terdapat beberapa penyesuaian pada pelaksanaan Grebeg Syawal yang kali ini jatuh pada Kamis (11/04), baik dari tata upacara pelaksanaan, rute dan penambahan satu lokasi untuk pembagian pareden ubarampe gunungan yaitu Ndalem Mangkubumen. 

Awalnya ada tiga lokasi pelaksanaan grebeg yaitu Halaman Masjid Gedhe, Pura Pakualaman dan Kompleks Kepatihan. Kemudian lokasi ditambah Ndalem Mangkubumen maka total menjadi empat lokasi Grebeg Syawal 2024.

"Ada beberapa hal yang berbeda dari pelaksanaan prosesi Grebeg Syawal tahun ini dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya baik mengenai urutan, tata cara upacara, rute maupun prosesinya. Terkait prosesi yang semula biasanya dilakukan dengan adanya 7 buah gunungan, namun pada Grebeg Syawal 2024 hanya berjumlah 6 gunungan," tutur Penghageng II Kawedanan Reksa Suyasa, KRT Kusumanegara pada Selasa (09/04).

Kanjeng Kusumanegara menuturkan enam gunungan tersebut yaitu Gunungan Jaler yang semula tiga buah menjadi dua buah gunungan pada grebeg kali ini. Sedangkan gunungan yang lain seperti Gunungan Estri, Gunungan Gepak, Gunungan Darat maupun Gunungan Pawuhan tetap sama berjumlah satu buah gunungan. Perbedaan karena gunungan yang biasanya diberikan ke Kompleks Kepatihan untuk tahun ini akan diberikan dalam wujud ubarampe.

"Termasuk juga ubarampe yang akan diserahkan ke Ndalem Kadipaten atau Ndalem Mangkubumen. Karena Ndalem Kadipaten itu merupakan tempat tinggal atau kediaman KGPA Anom, dimana pada masa sebelumnya dipergunakan Sri Sultan Hamengku Buwono VII sebelum naik takhta. Nah, ndalem tersebut kosong tidak ditinggali KGPA Anom namun justru dipergunakan untuk tinggal adik Sri Sultan HB VII yakni KGPA Mangkubumi sehingga berubah nama menjadi Ndalem Mangkubumen," ungkapnya.

Sebelumnya, gunungan tersebut diinapkan semalam di Bangsal Pancaniti, Kamandungan Lor, akan dibawa Narakarya atau kanca abang melalui Regol Brajanala-Sitihinggil Lor-Pagelaran-keluar lewat barat Pagelaran menuju Masjid Gedhe. Selama pelaksanaan Hajad Dalem Grebeg Syawal, kompleks Kamandhungan Kidul, Kemagangan, Kedhaton dan Kamandungan Lor (Keben) akan ditutup bagi masyarakat umum. 

"Kami sebagai wakil dari Keraton Yogyakarta menyampaikan masyarakat kami himbau untuk turut menjaga kehikmatan dari prosesi tersebut. Karena sekali lagi ini adalah Hajad Dalem merupakan wujud doa Ngarsa Dalem atau keraton kepada Tuhan Yang Maha Esa," tandas Kanjeng Kusumanegara.

Pada pelaksanaan grebeg kali ini, masyarakat dapat berpartisipasi mendapatkan bagian gunungan di Pelataran Masjid Gedhe dan Pura Pakualaman. Sementara untuk Kompleks Kepatihan, akan dibagikan sejumlah 50 ubarampe gunungan berwujud rengginang untuk para Aparatur Sipil Negara. Termasuk satu titik tambahan yang menjadi lokasi pembagian ubarampe gunungan, yakni Ndalem Mangkubumen yang juga menerima sejumlah 50 buah. 

Adapun prosesi pembagian pareden di Ndalem Mangkubumen tidak dibuka untuk umum. Pareden gunungan yang dibagikan ke Kompleks Kepatihan dan Ndalem Mangkubumen merupakan bagian dari enam gunungan yang dibawa di Masjid Gedhe. Di kuncung Masjid Gedhe, gunungan tersebut akan didoakan terlebih dulu Abdi Dalem Pengulon. 

Setelah didoakan, Abdi Dalem Pengulon akan mengambil 100 buah pareden rengginang dari badan Gunungan Estri untuk diserahkan kepada Utusan Dalem. Baru selanjutnya gunungan-gunungan dapat diperuntukkan bagi masyarakat. 

Utusan Dalem yang mengantarkan pareden ke Ndalem Mangkubumen dikawal Bregada Surakarsa dan yang ke Kompleks Kepatihan dikawal Bregada Bugis. Sementara satu Gunungan Kakung yang dibawa ke Pura Pakualaman dikawal Prajurit Pura Pakualaman yakni Dragunder dan Plangkir. Selain dua bregada tersebut, terdapat delapan Bregada Keraton Yogyakarta yang turut mengawal prosesi Gunungan dari Bangsal Pancaniti menuju Masjid Gedhe yakni Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Ketanggung, Mantrijero, Nyutra. 

Carik Kawedanan Widya Budaya, KRT Widyacandra Ismayaningrat atau Kanjeng Candra mengatakan sejatinya, masyarakat dalam memperoleh gunungan pada konsep awalnya memang nyadhong atau menunggu giliran untuk mendapatkannya. Ini merupakan perlambang kesabaran manusia. Berbeda dengan merayah, karena kesannya yang kuat pasti yang akan mendapatkan terlebih dulu.

"Cara membawa dan memberikan ubarampe pareden gunungan adalah dengan diemban sebagai wujud penghormatan karena ubarampe adalah sedekah raja. Merupakan wujud hormat dan sopan santun karena Utusan Dalam mengemban amanah untuk membagikan," terangnya.

Ubarampe yang dibawa para utusan dalem ke Kepatihan dan Ndalem Mangkubumen akan diemban dengan kain cinde warna merah yang digunakan dalam upacara-upacara besar dan sakral. Pareden gunungan yang dibagikan berwujud rengginang dan tlapukan bintang yang memiliki lima warna yaitu hitam, putih, merah, hijau mengisyaratkan serta kuning. Pemilihan warna tersebut erat kaitannya dengan kearifan Jawa.

"Dahulu ada abdi dalem seperti Kaji Selusin diberi hak lebih dulu mengambil ubarampe Hajad Dalem, termasuk abdi dalem reh Suranatan dan reh Pengulon. Karena sebagai abdi dalem, mereka adalah representasi dari simbol-simbol keagamaan," imbuh Akademisi ISI Surakarta, RM. Pramutomo.(Fn/Ew/Han/Sd/Rcd/Ip/Wp/Im/Stt/Yd)

 

HUMAS PEMDA DIY

Bagaimana kualitas berita ini: