21 Jul 2022
  Humas DIY Berita,

Komunikasi Dua Arah Kunci Efektivitas Komunikasi Orang Tua dan Anak

Sleman (21/07/2022) jogjaprov.go.id – Efektivitas komunikasi antara orang tua dan anak tidak diukur semata-mata oleh indikator tunggal bahwa anak mengikuti kemauan orang tua, melainkan juga kemampuan orang tua dalam menangkap dan memahami secara tepat keinginan serta kebutuhan sang anak. Oleh karena itu, komunikasi dua arah menjadi kunci dalam membangun komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak.

Wakil Ketua I Tim Penggerak (TP) PKK DIY GKBRAy A. Paku Alam menyampaikan hal demikian saat menjadi pembicara pada Talkshow Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) Tingkat DIY Tahun 2022 yang digelar di Hotel Grand Tjokro Yogyakarta pada Kamis (21/07). Mengangkat tema “Peduli Anak Peduli Masa Depan Bangsa Pola Asuh Tepat Wujudkan Generasi Hebat”, penyelenggaraan kegiatan tersebut diinisiasi oleh Dinas Sosial DIY melalui bidang Rehabilitasi Sosial.

“Komunikasi yang efektif itu adalah komunikasi dua arah. Maka anak-anak dan orang tua itu komunikasinya juga harus dua arah. Anak harus mendengarkan orang tua, itu wajib, tapi orang tua juga harus mendengar dan menerima pendapat yang disampaikan oleh anak. Orang tua dan anak harus saling mendengarkan apa yang ada, apa yang dikeluhkan, apa yang diinginkan oleh masing-masing orang tua maupun oleh anak,” tutur Gusti Putri.

Unsur pertama komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak, yakni mendengarkan. Sementara unsur kedua dalam komunikasi efektif, yaitu berbicara yang dapat diartikan sebagai proses menyampaikan pesan. Dengan demikian, dalam membangun komunikasi yang efektif, setiap orang tua harus mengetahui kapan harus mendengarkan dan kapan harus berbicara serta bagaimana melakukannya dengan ramah dan penuh hormat kepada anak.

Gusti Putri mengatakan, dalam budaya Jawa, komunikasi efektif antara orang tua dengan anak tercermin dalam ungkapan ‘ngaruhke lan ngarahke’ yang mengandung arti menyapa dan mengarahkan. “Kalau untuk orang Jawa, itu komunikasinya dengan anak itu yang baik adalah ngaruhke dan ngarahke,” ujar Gusti Putri.

Melalui aktivitas ‘ngaruhke’ atau menyapa, tidak dimaksud sekadar bertegur sapa secara formal dan permukaan saja, melainkan sampai pada pemahaman yang mendalam mengenai situasi pikir dan rasa setiap pribadi yang disapa. Ada kedalaman, ada empati, dan sekaligus kesediaan berbela rasa. Sementara melalui aktivitas ‘ngarahke’ atau mengarahkan, tidak dimaksud sekadar memberitahu belaka, tetapi sampai pada menemani perjalanan pencarian. Ada kesedian memberi contoh, menuntun selama proses, dan menegakkan semangat manakala anak-anak yang diarahkan mengalami kesulitan.

Ngaruhke itu namanya harus menyapa. Tidak hanya saling menyapa saja tapi juga mengetahui hal-hal yang ada di anak. Dan yang ngarahke, kita harus mengarahkan anak menjadi anak yang pintar, anak yang baik, berguna bagi orang tuanya, berguna bagi lingkungan, dan berguna bagi nusa dan bangsanya,” ucap Gusti Putri.

Selain itu, menurut Gusti Putri, perbedaan pola pengasuhan anak pada zaman dahulu dengan zaman sekarang sangat nyata. Seperti contoh, adanya handphone yang kini kerap dimanfaatkan dalam mengasuh anak.

“Ada handphone ini itu membuat perbedaan yang sangat nyata antara pola asuh anak zaman dulu dan zaman sekarang. Saya rasa handphone ini juga bisa digunakan untuk hal positif. Kalau hal negatifnya banyak banget ya, yang saya ingin anak-anak itu melakukan hal positifnya saja dengan adanya handphone. Karena ilmu pengetahuan yang bisa didapat dari handphone, komputer, atau smartphone kalian itu sebenarnya banyak sekali kalau memang kalian mau menggunakannya,” terang Gusti Putri.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial DIY Endang Patmintarsih, sebagai salah satu pembicara dalam talkshow tersebut, menyampaikan bahwa Dinas Sosial DIY mempunyai dua unit Balai Rehabilitasi Sosial dan Pengasuhan Anak (Balai RSPA) yang terletak di daerah Bimomartani dan Gunungkidul. Kehadiran balai tersebut sendiri adalah untuk melayani anak-anak telantar dengan berbagai macam masalah.

Dikatakan Endang, anak-anak tersebut juga harus mendapat perlindungan, khususnya jaminan sosial. Selain itu, anak-anak tersebut juga tidak hanya diberikan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan saja melainkan juga terdapat fasilitas rehabilitasi sosial untuk perubahan perilaku.

“Maka, di balai ini kami adalah sebagai pengganti orang tua. Di balai kami, masih ada yang balita, anak-anak bayi yang harus kita lindungi agar mereka bisa tumbuh berkembang dan punya kepercayaan diri, punya motivasi sehingga ke depan mereka yang sekarang tidak beruntung besok bisa menjadi anak-anak hebat,” kata Endang.

Endang menambahkan, Gubernur dan Wakil Gubernur DIY juga selalu mengingatkan bahwa jangan sampai terdapat anak-anak telantar DIY yang tidak dilindungi atau tidak dilayani oleh pemerintah daerah. “Maka Dinas Sosial melalui balai kami BRSPA ini melakukan pemenuhan hak dasar, melakukan perlindungan, jaminan sosial, dan rehabilitasi sosial,” ujar Endang.

Disebutkan Endang, pihaknya juga selalu bersinergi bersama TP PKK kabupaten/kota dalam penguatan keluarga. “Tentunya yang menjadi utama dari semuanya adalah penguatan keluarga dan pola asuh anak yang nantinya bisa menjadikan anak-anak ini menjadi anak-anak pintar, anak-anak cerdas, anak-anak yang beretika, anak-anak yang masih tahu budayanya. Dia menjadi anak hebat, tetapi dia tetap beretika,” tutup Endang.

Adapun selain kegiatan talkshow tersebut, juga diserahkan bantuan sosial dan bantuan hibah secara simbolis. Bantuan sosial untuk pemenuhan pangan, sandang, perbekalan kesehatan, akses layanan pendidikan, dan bimbingan sosial fisik spiritual bagi anak telantar melalui LKSA senilai Rp 1,2 M untuk 50 LKSA. Bantuan hibah uang untuk biaya operasional Lembaga Komite Peyandang Disabilitas DIY dan 13 LKSA DIY. Bantuan sosial untuk pemenuhan pangan, sandang, perbekalan kesehatan, akses layanan pendidikan, dan bimbingan sosial fisik spiritual juga diberikan bagi penyandang disabilitas terlantar melalui LKSPD serta bantuan santunan dan alat sekolah dari Rumah Yatim Yogyakarta ke Kepala Dinas Sosial DIY.

Acara tersebut juga dimeriahkan dengan penampilan tarian ‘Jogja Menari’ dan ‘Manuk Dadali’ dari anak-anak BRSPA. Ada pula penampilan dari BRTPD yang menampilkan lagu Aku Bisa. Acara tersebut kemudian ditutup dengan menyanyikan lagu ‘Laskar Pelangi’ bersama seluruh hadirin tamu undangan. (Han/Ip/Sis)

Humas DIY

Bagaimana kualitas berita ini: