06 Des 2018
  Humas Berita, Informasi,

BO Borobudur Diyakini Berdampak Positif Terhadap DIY

Yogyakarta (6/12/2018) jogjaprov.go.id -- Hadirnya Badan Otorita Borobudur (BOB) diyakini mendatangkan dampak positif tidak hanya bagi Jawa Tengah, tetapi juga D.I. Yogyakarta. BOB akan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan kawasan pariwisata yang membentang dari selatan DIY sampai Karimun Jawa, terlebih lagi dengan bakal beroperasinya New Yogyakarta International Airport (NYIA) pada April 2019 mendatang.

''Kawasan yang akan kita kembangkan memang ada di Kabupaten Purworejo, tetapi berbatasan langsung dengan Magelang dan wilayah DIY yakni Kulon Progo,'' kata Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan BOB Bisma Jatmika ST MM pada diskusi pengembangan pariwisata Joglosemar dengan wartawan di Kantor BOB, Kotabaru, Yogyakarta, Kamis (6/12).

Karena letaknya yang berbatasan langsung dengan wilayah DIY, maka beberapa dampak positif diyakini akan dirasakan.  Salah satunya pengembangan desa wisata di Kulon Progo yang disebut-sebut memiliki 2 desa wisata potensial di sekitar perbatasan.  Salah satunya Desa Pagerharjo.

BOB dibentuk berdasarkan Perpres RI Nomor 46 Tahun 2017 tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Borobudur dan Permen Pariwisata Nomor 10 Tahun 2017.  Tugasnya 2, yaitu otoritatif dan koordinatif.  Zona otoritatif mencakup kawasan seluas 309 ha di Kabupaten Purworejo yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kulon Progo. Sedangkan zona koordinatif meliputi Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) Borobudur-Yogyakarta dan sekitarnya, DPN Solo-Sangiran dan sekitarnya dan DPN Semarang-Karimun Jawa dan sekitarnya.

Langkah yang sudah dilakukan saat ini menurut Bisma, antara lain menyiapkan destinasi wisata baru di Purworejo, tepatnya di kawasan perbukitan Menoreh.  Destinasi wisata ini menggunakan konsep culture & adventure eco-tourism menampilkan daya tarik budaya dan alam serta pengembangan destinasi wisata bernuansa alami, sehat, dan ramah lingkungan. Destinasi ini akan menjadi alternatif kawasan pariwisata bertaraf internasional dengan akomodasi glamorous camping, eco resort, fine dinning restaurant, dan MICE.

Nature karena kondisi alamnya dataran tinggi. Kita harus mendesain sejalan dengan pelestarian lingkungan. Kemudian kalau kita bicara culture, kita bicara bagaimana budaya Jawa bisa kita representasikan baik di situ,'' katanya.

Bisma mencontohkan salah satu unsur budaya yang akan diangkat yakni tipologi bangunan yang terlihat ada identitas Jawanya. Hubungan antara zona desa otorita dengan desa wisata menurut Bisma juga akan menjadi representasi budaya dan memperhatikan sisi adventure.

Dipastikan, perkembangan kawasan otorita tidak akan mengganggu desa sekitar karena BOB ingin melestarikan budaya Indonesia. Dengan cara itu wisatawan dapat belajar banyak hal mengenai kekayaan alam dan kebudayaan Indonesia.

“Desa adalah representasi dari budaya Jawa. Mulai dari kegiatan membuat makanan sampai bertani, itu merupakan atraksi budaya,'' katanya. (*/pr)

Bagaimana kualitas berita ini: