23 Feb 2021
  Editor Agenda Kegiatan,

Konsisten Bina Kerajinan Lokal, GKR Hemas Raih Penghargaan Internasional

New Delhi (21/02/2021) – GKR Hemas mendapatkan penghargaan dari International Craft Awards (ICA) untuk kategori Craft Icon of The Year 2020. Sebagai Ketua Dekranasda DIY yang menjabat hampir 23 tahun, GKR Hemas dinilai memiliki kiprah, konsistensi, dan perhatian yang begitu besar pada pengembangan produk kerajinan lokal di DIY.  Dibawah kepemimpinan Ibu Ratu, kerajinan DIY berhasil naik kelas tanpa kehilangan nilai budaya dan filosofinya.

Agenda penyerahan piagam penghargaan digelar secara langsung di Gedung British Council, New Delhi, India, Minggu (21/02) pukul 19.00 waktu India. Penghargaan diserahkan oleh Convenor International Craft Awards, Profesor Somesh Singh, kepada Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI New Delhi, Ferdy Piay, mewakili GKR Hemas.

ICA sendiri merupakan agenda tahunan yang digelar sejak tahun 2017. Tujuannya adalah memberikan apresiasi bagi perseorangan, perusahaan, atau pun organisasi dari seluruh dunia yang dinilai memiliki inovasi atau berjasa besar terhadap pengembangan industri kerajinan. Untuk periode tahun 2020, terdapat 10 kategori penghargaan yang diberikan. 

Pada sambutan yang disampaikan secara virtual, GKR Hemas mengungkapkan jika penghargaan yang diterima akan menjadi penyemangat untuk terus membina kerajinan di Indonesia. GKR Hemas lantas menyebut bahwa diraihnya penghargaan tersebut juga tak lepas dari predikat istimewa yang melekat pada Yogyakarta.

“Yogyakarta adalah daerah istimewa yang memiliki ciri khas dalam sejarah, pendidikan, kebudayaan, seni kerajinan, dan pariwisata. Batik yang merupakan kain tradisional Indonesia khususnya Jawa mengandung makna yakni doa dan harapan. Dengan latar belakang Yogyakarta yang awalnya merupakan kerajaan, tradisi ini sudah mendarah daging di kehidupan masyarakatnya. Saya berharap kerajinan dunia tetap lestari,” jelas istri Gubernur DIY ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada World Craft Council, serta pihak-pihak yang telah memberikan dukungan untuk mengembangkan kerajinan di DIY. “Yogyakarta merupakan pusat kerajinan, yang juga menjadi produk unggulan. Kami di Dekranasda masih punya pekerjaan rumah yang banyak di masa yang akan datang,” imbuh Ibu Ratu. 

Direktur Eksekutif Dekranasda DIY, Ronni Guritno, SH., menuturkan bahwa awal mulanya, GKR Hemas diusulkan langsung oleh World Craft Council (WCC). “WCC sebagai mitra Dekranasda DIY melihat perhatian Ibu Ratu sangat luar biasa dalam mengembangkan industri kerajinan di Yogyakarta. Salah satu produk agenda yang diinisiasi Ibu Ratu itu Jogja International Batik Biennale dan Jogja Batik City,” jelas Ronni.

Ia menambahkan untuk proses seleksi dokumen penghargaan sudah dilaksanakan sejak Agustus 2020. “Namun, baru pada Selasa (26/01) tahun 2021, diumumkan kalau Ibu Ratu menjadi salah satu dari 16 penerima penghargaan,” terangnya.

Di samping itu, menurut Ronni, GKR Hemas juga dianggap berperan aktif memberikan masukan kepada pengampu kebijakan DIY dalam kaitannya menaikkan kemakmuran para perajin. "Salah satunya mengusulkan regulasi agar tempat publik di DIY seperti hotel, restoran, atau tempat wisata bisa menjual produk kerajinan lokal,” ungkap Ronni.

Selain GKR Hemas, terdapat satu organisasi penerima penghargaan ICA yang juga berasal dari Indonesia yakni Association of Exporters and Producers of Handicraft Indonesia (ASEPHI). Sementara, 14 penerima penghargaan lainnya berasal dari Uni Emirat Arab, Palestina, Malaysia, India, Kazakhstan, Iran, dan Sri Lanka.

 

Tingkatkan Inovasi, Kunci Dongkrak Ekonomi di Masa Sulit

GKR Hemas mengatakan bahwa saat ini Dekranasda DIY tengah fokus dalam peningkatan ekonomi para perajin. “Kami coba tingkatkan pembangunan ekonomi DIY agar perajin tetap bisa melaksanakan kegiatannya. Kegiatan bisa berjalan di rumah masing-masing sehingga permintaan ekspor tetap berjalan dan bia meningkatkan pendapatan keluaraga masing-masing,” tutur GKR Hemas. Beliau juga berharap agar Pemda DIY tak putus memberikan pendampingan kepada perajin agar semakin menghasilan produk yang inovatif.

Di sisi lain, adanya desa mandiri budaya di DIY membuka potensi cukup besar bagi kelompok perajin yang memproduksi produk-produk bermuatan budaya sehingga semakin memperlebar kesempatan untuk diperjualbelikan di ranah nasional dan internasional. “Kelompok perajin budaya ini harus punya kegiatan dan selalu berinovasi, melakukan kegiatan, membuat kerajinan dalam kelompok desa budaya. Budayawan diharapkan mampu membuat craft sebagai basic budaya yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta,” jelas Ibu Ratu.

Beliau juga berpesan, nilai budaya lokal DIY harus tetap dijaga dalam suatu produk yang dihasilkan. “Kita harus bisa menonjolkan sisi-sisi bernuansa budaya dalam sebuah produk. Salah satu caranya adalah memanfaatkan kekayaan wilayah sekitar menjadi produk kerajinan, seperti akar wangi dan tanah liat yang sering kita jumpai di Kasongan,” tukas Ketua Tim Penggerak PKK DIY ini.

GKR Hemas berharap, aktivitas produksi barang kerajinan di DIY harus terus berjalan meski dalam situasi sulit. “Saya berharap perajin tetap semangat. Dengan kondisi pandemi seperti sekarang, nilai jual ekspor barang-barang juga mengalami kendala. Namun, ini bukanlah faktor untuk menghentikan kegiatan membuat produk kerajinan. Bgai masyarakat, jangan berdiam diri di rumah, gunakan waktu yang ada, berilah perhatian untuk bisa menghasilkan produk dan kegiatan yang lebih baik,” tutup GKR Hemas. [vin]

 

HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: