12 Feb 2024
  Humas DIY Berita, Kebudayaan,

Labuhan Merapi, Tradisi Peringati Kenaikan Takhta Sri Sultan

Sleman (12/02/2024) jogjaprov.go.id - Iring-iringan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta berjalan sambil membawa ubarampe Labuhan Merapi diikuti masyarakat menuju Srimanganti, Alas Bedengan, Senin (12/02). Tradisi yang disebut Hajad Dalem Labuhan ini menjadi penutup rangkaian peringatan 36 tahun Tingalan Jumenengan Dalem atau Ulang Tahun Kenaikan Takhta Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Laku spritual Labuhan Merapi yang digelar terbuka ini dipimpin langsung Juru Kunci Gunung Merapi Mas Wedana Suraksa Hargo Asihono. Pada hari yang sama juga diadakan Labuhan Gunung Lawu namun tertutup bagi umum. Sebelumnya telah dilaksanakan Labuhan Parangkusumo pada Minggu (11/02).

Labuhan Pantai Parangkusuma, Gunung Merapi dan Gunung Lawu tersebut merupakan penutup rangkaian Hajad Dalem Tingalan Jumenengan Dalem. Sebelumnya diawali dengan prosesi Ngebluk pada Kamis (08/02), Ngapem pada Jumat (09/02) dan Upacara Sugengan pada Sabtu (10/02).

"Labuhan Merapi adalah tradisi rutin tahunan dalam rangka memperingati Tingalan Jumenengan Dalem atau ulang tahun kenaikan tahta Sri Sultan HB X sebagai Raja Keraton Yogyakarta. Labuhan kali ini tidak ada perubahan sama seperti pelaksanaan tahun-tahun yang kemarin," ujar Mbah Asih, sapaan sang juru kunci Merapi. 

Disinggung mengenai adakah pesan khusus dari Sri Sultan mendekati puncak pesta demokrasi, putra almarhum Mbah Maridjan yang juga merupakan juru kunci Merapi nan legendaris tersebut mengaku tidak ada. Karena tradisi Labuhan Merapi digelar setiap tahun sesuai esensinya yaitu berharap perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta berharap tidak ada keburukan.

"Prosesi labuhan ini bermakna berdoa memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk meminta keselamatan di wilayah lereng Merapi pada khususnya dan DIY pada umumnya. Tidak ada pesan khusus (dari Sri Sultan) di tahun politik karena labuhan memang tidak ada kaitannya,” tegas Mbah Asih.

Rangkaian Labuhan Merapi ditandai serah terima ubarampe dari Abdi Dalem Keraton Yogyakarta kepada Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo di Kantor Kapanewon Cangkringan pada Minggu (11/02). Ubarampe tersebut kemudian diserahkan Bupati Kustini kepada Mbah Asih. Selanjutnya ubarampe dibawa dan diinapkan di petilasan Mbah Maridjan di Kinahrejo. Berlanjut dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk.

Adapun ubarampe yang diserahterimakan terdiri dari Sinjang Kawung Kemplang, Semekan Gadung, Semekan Gadung Mlati, Kampuh Paleng, Desthar Daramuluk, Desthar Udaraga serta Arta Tindih dan sebagainya.

Pada Senin (12/02), kegiatan dilanjutkan membawa ubarampe tersebut dengan berjalan kaki dari petilasan Mbah Maridjan menuju tempat prosesi Labuhan Merapi berlangsung di Srimanganti. Usai prosesi labuhan, warga yang ikut serta dibagikan nasi gurih yang langsung disantap bersama-sama.

Butuh waktu dua jam mendaki lokasi labuhan dengan medan yang menantang. Namun hal ini tidak menyurutkan antusiasme dan semangat warga maupun wisatawan yang ikut serta. Seperti disampaikan Elva, perempuan asal Medan yang turut serta prosesi dari awal hingga akhir.

Selama tinggal di DIY sejak 2016 lalu, dirinya baru mengetahui acara labuhan dari temannya. Saking semangatnya, Elva berangkat sejak Subuh karena ingin mengikuti prosesinya dari awal yang dimulai dari bekas kediaman Mbah Maridjan di Desa Kinahrejo dan berjalan kaki menuju Srimanganti.

"Naiknya tidak ada hambatan, tetapi lebih ke rasa penasaran upacara seperti apa. Oh, ternyata seperti ini ada pemasangan dupa lalu lalu doa bersama. Saya sendiri mendapatkan beberapa sesaji yang katanya bisa disimpan dan nasi gurih. Saya juga takjub dengan banyaknya orang yang datang tetapi semua kebagian. Upacara ini keren banget dan new experience buat saya," tutur Elva (Fn/Yd/Stt/Han/Ip/Rcd/Im/Sd/Wp)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: