28 Nov 2023

Lestarikan Budaya, Tujuh Kontingen Sukses Unjuk Kebolehan di Parade Gangsa

Yogyakarta (28/11/2023) jogjaprov.go.id - Pentas seni dan budaya bertajuk Parade Gangsa yang diinisiasi Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY berlangsung meriah di Plaza Monumen Serangan Oemoem (MSO) 1 Maret, Senin (27/11/2023) malam. Menariknya, tujuh kontingen sukses unjuk kebolehan memainkan gamelan dalam gelaran ini merupakan kalangan tentara, polisi hingga narapidana sebagai salah satu upaya melestarikan budaya.

Hadir membuka gelaran Parade Gangsa Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di dampingi Sekda DIY Beny Suharsono DIY. Turut hadir pimpinan dan jajaran Forkopimda DIY, Kepala OPD di lingkungan Pemda DIY, komunitas seni dan budaya DIY dan para tamu undangan lainnya.

Parade Gangsa ini menjadi yang pertama diadakan di DIY sebagai upaya melindungi, memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan kebudayaan yang ada di DIY. Predikat sebagai kota budaya berusaha ditangkap sebaik mungkin dengan menyuguhkan berbagai acara menarik sekaligus bermuatan edukasi.

Adapun gending yang dimainkan gelaran yang didukung Komunitas Gayam yaitu gending wajib 'Nuswantara' dan gending pilihan berupa Semangat Juang 45 dari Akademi Angkatan Udara (AAU) dan Korem 072/ Pamungkas. Berikutnya Kanwil Kementerian Hukum dan HAM dan Pangkalan TNI Angkatan Laut menampilkan 'Sabda Proklamasi' serta Kejaksaan Tinggi DIY dan Polda DIY menampilkan 'Kuwi Opo Kui'.

" Gamelan sejatinya merupakan salah satu ekspresi budaya dan sarana membangun koneksi antara manusia dengan alam semesta. Gamelan yang dimainkan secara orkestra, mengajarkan tentang harmoni yang merupakan kunci penting bagi kehidupan di bumi," tutur Gubernur DIY Sri Sultan HB X.

Perihal urgensi pelestarian gamelan sebagai warisan budaya, Sri Sultan menyebut sesungguhnya sedang berbicara mengenai nilai (values), bukan tentang artefak. Sekedar menyegarkan ingatan, dua tahun lalu atau tepatnya 15 Desember 2021, UNESCO menetapkan Gamelan Indonesia sebagai Warisan Budaya Tak benda (WBTb). Ini adalah wujud pengakuan dunia terhadap keunggulan dan nilai penting falsafah gamelan.

"Kita semua sangat paham, pembangunan kebudayaan di DIY ditujukan melindungi dan mengembangkan kebudayaan. Kemudian memperkuat identitas diri atau jati diri masyarakat, serta memanfaatkan kebudayaan sebagai potensi ekonomi kreatif yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan, pertumbuhan ekonomi, serta mengentaskan kemiskinan,"paparnya.

Kembali ke soal gamelan, Raja Keraton Yogyakarta ini menyatakan terlepas dari berbagai upaya pelestariannya, tidak dapat dipungkiri kondisi-kondisi keterbatasan jumlah empu dan lamanya proses pembuatan gamelan. Selain itu, kurangnya antusiasme generasi muda terhadap gamelan masih dihadapi di DIY.

Demikian pula dalam kaitannya dengan pengakuan UNESCO, serta tujuan pembangunan kebudayaan DIY, permasalahan kurangnya antusiasme, yang salah satu penyebabnya adalah perihal 'tak kenal maka tak sayang', sesungguhnya merupakan hal yang ironis.

"Sehingga, di sinilah nilai penting diselenggarakannya Parade Gangsa hari ini: mengajak seluruh elemen yang ada di DIY, termasuk Forkopimda untuk bekerja sama dalam merealisasikan tujuan pembangunan kebudayaan DIY, dengan seni gamelan sebagai mediumnya" tandas Sri Sultan.

Untuk itu, atas nama Pemda DIY, Sri Sultan menyampaikan apresiasi dan terima kasih, atas kesediaan seluruh pihak untuk berpartisipasi dalam acara ini. Diharapkan pula semua pihak terkait menyadari sepenuhnya, Parade Gangsa ini tidak dimaksudkan berhenti di level output, namun ada outcome yang ingin diraih.

"Filosofi yang diusung gamelan dapat senantiasa hidup, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari jati diri kita. Mari kita sadari sepenuhnya, bahwa tanggung jawab kita belum selesai, selama outcome atau tujuan besar tadi belum tercapai," imbuhnya.

Kepala Disbud DIY Dian Lakshmi Pratiwi mengungkapkan gamelan merupakan seperangkat ansambel tradisional Jawa, masyarakat Jawa menyebut gamelan sebagai gangsa. Parade gangsa kali ini menampilkan dari berbagai instansi yang masuk dalam Forkopimda DIY yang terdiri dari AAU, Polda DIY, Kejaksaan Tinggi DIY, Korem 072 Pamungkas, Pangkalan TNI AL Yogyakarta, Kanwil Kemenkum HAM DIY dengan masing-masing tim seni berjumlah 20 orang.

" Yang menarik yang pada kesempatan kali ini, para pelaku seni khususnya dari Kemenkum HAM menampilkan selain ASN juga narapidana dan klien pemasyarakatan yang diwakili Lapas Kelas 2b Wonosari. Hal ini menunjukkan hibah gamelan dari Pemda DIY tidak hanya digunakan ASN saja, dan menjadi ajang kreatifitas narapidana binaan," tuturnya.

Sebelumnya, Pemda DIY menyerahkan hibah Gamelan ke Korem 072 pada 2016, Kejaksaan Tinggi DIY pada 2020, AAU pada 2021, Kanwil Kemenkum HAM DIY (Lapas kelas 2b Wonosari) pada 2021, Pangkalan AL Yogyakarta pada 2022, dan Polda DIY pada 2023.

"Semoga dengan acara ini mampu memperkuat kerjasama antar Forkompinda DIY dan meningkatan kecintaan seni budaya Yogyakarta khususnya gamelan gaya Yogyakarta.
Kami mengucapkan terim kasih dan mengapresiasi setinggi tingginya atas partisipasi para peserta yang sudah latihan semaksimal mungkin" pungkas Dian. (Fn/Hk/Im)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: