05 Nov 2018

Pembangunan NYIA Dorong Pertumbuhan Ekonomi 6,03 Persen

Bantul (5/11/2018) jogjaprov.go.id — Badan Pusat Statistik (BPS) DIY kembali merilis berita resmi, Senin (5/11).  Dibacakan oleh Kepala BPS DIY JB Priyono di kantornya, berita resmi statistik terkait ekonomi DIY Triwulan III-2018 menyebut pertumbuhan sebesar 6,03 persen di mana faktor dominan yang mendorongnya adalah pembangunan konstruksi, termasuk proyek New Yogyakarta International Airport (NYIA).

Angka tersebut diukur berdasarkan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Triwulan III-2018 terhadap Triwulan III-2017 yang sebesar 5,42 persen (year-on-year)

Dilihat dari kacamata lapangan usaha, sektor konstruksi menduduki pertumbuhan (y-on-y) tertinggi dengan angka 14,87 persen. Menyusul di belakangnya pertambangan dan penggalian sebesar 11,0 dan diikuti 9,69 persen bidang jasa keuangan.

“Aktivitas konstruksi yang paling berperan adalah proses penyelesaian pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA) Kulon Progo,” ungkap JB Priyono.

Pembangunan konstruksi lain di antaranya pembangunan mal di Sleman, pemasangan jaringan pipa PDAM, perbaikan dan pelebaran jalan serta renovasi pasar di beberapa daerah.

Sementara itu jika dilihat dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi (y-on-y) adalah ekspor luar negeri (14,62 %), diikuti pembentukan modal tetap bruto (10,97%), dan posisi ketiga yakni pengeluaran konsumsi pemerintah (8,43%).

Priyono juga mengungkap Indeks Tendensi Konsumen (ITK) DIY Triwulan III-2018 yang ternyata pesimis dibandingkan Triwulan II-2018.  ITK merupakan sebuah indikator perkembangan konsumen selama triwulan berjalan dan untuk memperkirakan kondisi triwulan selanjutnya.

Pada periode ini, ITK DIY hanya mencapai angka 99,89 yang menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya (141,06). Meski begitu, pada Triwulan IV diperkirakan ITK DIY akan optimis dan menembus level 107,82.

“Optimisme konsumen selama Triwulan IV-2018 mendatang akan didorong oleh kedua indeks penyusunnya,” ungkap Priyono.  Indeks penyusun yang dimaksud adalah indeks pendapatan mendatang dan indeks rencana pembelian barang tahan lama. (*/ka)

HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: