28 Feb 2024
  Humas DIY Berita, Kebudayaan,

Mbah Atmo, Sang Pelestari Dolanan Anak Dari Kertas Bekas

Bantul (28/02/2024) jogjaprov.go.id - Adalah Atmo Wiyono atau akrab disapa Mbah Atmo, satu-satunya perajin mainan tradisional anak-anak di Pedukuhan Pandes, Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul yang masih eksis bertahan hingga saat ini. Meski sudah renta, Mbah Atmo tetap setia dan penuh semangat melestarikan salah satu warisan leluhur tersebut. Tangannya yang keriput sangat cekatan dan telaten membuat berbagai dolanan anak tersebut.

Ketika memasuki ruang tamu Mbah Atmo yang sekaligus digunakan sebagai showroom dan workshop pembuatan aneka dolanan, pengunjung akan diajak bernostalgia. Berbagai macam mainan jadul dapat dijumpai di ruangan tersebut seperti kitiran, payung mini, otok-otok, kurungan, kipas lipat, sangkar burung mini hingga wayang kertas. Harga yang diberikan juga masih sangat murah dan terjangkau, semisal kitiran Rp 4.000, kipas lipat Rp 2.000 dan sebagainya.

Semua mainan itu dibuat Mbah Atmo sendiri, tanpa bantuan siapa pun. Mulai dari memotong, mewarnai, hingga menganyam kertas menggunakan kayu dan benang. Semuanya dikerjakan dari bahan yang amat sederhana, hanya berbahan kertas bekas, potongan bambu dan lem yang dibuat Mbah Atmo sendiri. Bahan dasar biasanya didapatkan dari bekas peralatan kantor yang tak terpakai serta bahan yang harus dibeli baru berupa minyak kertas.

Tak terasa, nenek berusia 86 tahun ini telah puluhan tahun menjaga dan melestarikan warisan leluhur sampai sekarang. Usut punya usut, keterampilan membuat mainan tradisional tersebut dipelajari Mbah Atmo dari sang ibunda sejak kecil dan telah diwariskan secara turun temurun di keluarganya.

"Sedari kecil saya belajar bikin mainan dari kertas yang sudah tidak dipakai lagi lalu di daur ulang lalu diberi aneka warna agar menarik seperti merah, hijau, kuning dan sebagainya. Saya belajar membuat dolanan ini dari ibu sejak puluhan tahun silam," kata Mbah Atmo saat ditemui dirumahnya beberapa waktu lalu.

Cara memainkan dolanan tradisional buatan Mbah Atmo ini sangat mudah seperti kitiran cukup dibawa ke tempat terbuka yang ada anginnya maka akan langsung berputar dengan sendirinya. Dengan wajah berseri dan tersenyum lebar, Mbah Atmo pun langsung mempraktekkannya sendiri dengan mengambil satu kipas lipat, lalu membuka dan mengayunkan di depan wajahnya supaya ada angin.

Awalnya, Mbah Atmo sempat berjualan berkeliling di beberapa pasar tradisional seperti pasar Mangiran, pasar Barongan, pasar Godean hingga pasar Imogiri. Kendati masih dihargai murah, nyatanya tak setiap hari dagangannya laris manis lantaran tergerus perkembangan zaman modern.

Pembeli mainan tradisional Mbah Atmo sekarang biasanya dari lingkungan sekolah TK maupun SD, yang ingin membelikan anak muridnya mainan. Selain itu ada lagi pesanan dari event tertentu seperti acara pernikahan. Kini, Mbah Atmo hanya membuat mainan dengan jumlah banyak saat ada pesanan.

Mbah Atmo tak pernah ingin merepotkan anak-anaknya dalam mencari uang sehingga masih terus bersemangat berjualan. Ia pun mengaku khawatir tidak ada yang meneruskan pembuatan mainan tradisional anak dari kertas bekas tersebut. Mengingat beberapa perajin seangkatannya di desa tersebut sudah tidak eksis lagi.

"Saya berharap ada yang mau melestarikan membuat mainan kertas ini supaya tidak hilang begitu saja. Saya satu-satunya yang masih bertahan membuat, teman -teman saya sudah tidak bisa karena banyak yang sudah meninggal. Sedih dan sayang sekali jika tidak diteruskan," pungkasnya. (Fn/Im/Stt/Sd/Han/Er/Ip/Rcd/Wp/Yd)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: