10 Agt 2023

Nominasi Warisan Dunia, Sumbu Filosofi Yogyakarta Sarat Nilai Universal

Jakarta (10/08/2023) jogjaprov.go.id - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) tengah berupaya melakukan pendekatan diplomasi kepada negara -negara anggota World Heritage Committee (WHC) UNESCO yang akan menggelar
Sidang Extended 45th session of the WHC di Riyadh, Arab Saudi pada 10 hingga 25 September 2023. Salah satunya menggalang dukungan sekaligus memberikan pemahaman penominasian Sumbu Filosofi Yogyakarta yang menjadi tambahan terbaru dalam Situs Warisan Dunia. Sebab hanya Sumbu Filosofi Yogyakarta yang masuk nominasi sehingga mendapatkan kesempatan menyampaikan substansi dan harapannya.

Apabila Sumbu Filosofi Yogyakarta diterima sebagai Warisan Dunia maka diyakini upaya pelestarian nilai-nilai universal semakin kuat dilakukan sehingga nilai-nilai luhur yang dikandungnya semakin terjamin keberadaannya dan dapat diwariskan pada generasi mendatang. Selain itu, diyakini pula akan terbuka lebih banyak kesempatan belajar dari praktik terbaik yang telah dilakukan di tempat lain sesuai perangkat-perangkat pelestarian yang disarankan UNESCO dengan lebih baik dan tepat.

Demikian disampaikan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam Working Luncheon bersama Duta Besar Negara Anggota WHC UNESCO untuk Diplomasi Warisan Dunia Indonesia
di Jakarta, Kamis (10/08/2023). Hadir pula Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan perwakilan 17 Kedutaan Negara-negara Anggota WHC di Jakarta.

"Atas nama pribadi dan masyarakat DIY, pertama-tama kami ingin menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Bapak dan Ibu yang telah berkenan hadir pada acara ini. Salah satu agendanya memperkenalkan lebih lanjut tentang Sumbu Filosofi Yogyakarta yang sedang kami ajukan sebagai Warisan Dunia," ujarnya.

Sri Sultan mengatakan Sumbu Filosofi Yogyakarta merupakan karya kreatif jenius luar biasa yang kaya akan nilai-nilai universal serta kristalisasi penghayatan manusia Jawa. Untuk itu, Sumbu Filosofi diajukan sebagai warisan dunia. Latar belakangnya ingin melestarikan secara berkelanjutan nilai-nilai universal tersebut agar dapat menjadi tempat belajar bersama dalam upaya melindungi, memelihara dan membina keindahan serta keselamatan dunia.

"Kami pun berkomitmen mengelola kawasan sumbu filosofi ini secara tepat agar nilai-nilai universal dan atribut warisan budaya tersebut dapat dilestarikan dan dijaga bagi kepentingan seluruh umat manusia di masa kini maupun mendatang. Dengan demikian, nilai-nilai tersebut akan dapat terus menginspirasi lebih banyak kalangan untuk menciptakan tata dunia yang lebih baik dan menguntungkan bagi semua pihak," tuturnya.

Sebagai orang Jawa yang memiliki falsafah Manunggaling Kawulo Lan Gusti, Sri Sultan menyadari hanya dengan kebersamaan, kerja sama, dan peran serta semua pihak di Indonesia maupun di dunia internasional mampu mengelola dan melestarikan Sumbu Filosofi ini. "Kami berharap dengan dukungan semua, proses nominasi ini akan mendapatkan hasil yang baik guna mendukung upaya pelestarian nilai-nilai universal yang luhur bagi peradaban manusia di masa kini dan mendatang," imbuh Raja Keraton Yogyakarta ini.

Staf Ahli (Sahli) Menteri Luar Negeri Bidang Hubungan Antarlembaga (Hublem), Muhsin Syihab mengungkapkan Indonesia telah menominasikan poros kosmologis Yogyakarta dan bangunan bersejarahnya untuk menjadi tambahan terbaru dalam Situs Warisan Dunia. Poros kosmologis Yogyakarta merepresentasikan akar sejarah, nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang telah mendorong kemajuan sosial, budaya dan intelektual masyarakat Jawa dari generasi ke generasi .

"Kami percaya dukungan dari negara -negara anggota WHC sangat diperlukan untuk kelanjutan pengajuan Poros Kosmologis Yogyakarta ke dalam Daftar Warisan Dunia. Dengan rendah hati, kami menantikan kolaborasi yang lebih erat untuk melestarikannya demi masyarakat dan generasi yang akan datang," tandasnya.

Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY Dian Lakshmi Pratiwi yang ikut mendampingi Gubernur DIY menuturkan sejumlah Kementerian yang menjadi pengampu proses Warisan Dunia seperti Kemlu, Kemdikbud Ristek, KLH, Kemenko PMK dan Kemenko Marves. Mengingat pembahasan dalam sidang penetapan tidak hanya satu nominasi Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia tetapi juga keberlanjutan lima Situs Warisan Dunia Indonesia, yaitu Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Lorentz, Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera, Sistem Subak Bali dan Candi Borobudur.

" Kita memang perlu melakukan pendekatan kepada 21 negara anggota WHC yang menjadi penilai dalam sidang penetapan tersebut. Hanya saja perwakilan di Indonesia adalah 17 Kedutaan Besar dari negara anggota WHC maka kita mengundang perwakilannya. Kita sekaligus menyertakan materi supaya ada penjelasan dan pemahaman yang lebih baik mengapa Sumbu Filosofi Yogyakarta menjadi begitu penting sebagai Warisan Dunia dan diharapkan ada feedback yang baik," terang Dian.

Sebelumnya, Pemda DIY telah mengundang para Duta Besar negara anggota WHC untuk hadir pada acara “Bringing the Cosmological Axis to the World” di Yogyakarta pada 14 Juli 2023 lalu. Namun, sayangnya tidak semua duta besar dapat hadir, maka Kemlu memberi kesempatan Gubernur DIY menjelaskan mengenai Sumbu Filosofi Yogyakarta dalam acara ini.

Sumbu Filosofi Yogyakarta adalah konsep tata ruang wilayah Yogyakarta yang dikembangkan Sultan HB I pada 1755. Sumbu filosofi dengan Keraton berada di tengah-tengahnya, dibangun berdasarkan konsepsi Jawa dengan mengacu pada bentang alam yang ada, seperti gunung, laut, sungai, serta daratan.

Prinsip utama yang dijadikan dasar perencanaan tata ruang Sri Sultan HB I adalah Hamemayu Hayuning Bawono yang berarti memperindah dan melestarikan keindahan dunia. Tim penilai warisan dunia UNESCO yang datang ke Yogyakarta beberapa waktu menyatakan konsep dasar tersebut persis dengan Sustainable Development Goals (SDGs) yang prinsipnya menciptakan kedamaian dan kesejahteraan bagi umat manusia dan bumi yang ditinggalinya. Konsep SDGs ini sudah ada di Yogyakarta sejak abad ke-18 dan terus dipegang teguh masyarakat hingga saat ini.

Aneka vegetasi juga ditanam di sekitar kawasan sumbu filosofi sebagai perindang, media menambatkan makna dan falsafah kehidupan yang dilestarikan hingga sekarang. Hal ini merupakan keinginan masyarakat Yogyakarta khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya untuk ikut melestarikan warisan budaya. Keinginan itu lahir didorong semangat Konvensi UNESCO untuk Warisan Dunia 1972 terkait warisan budaya yang memiliki nilai universal luar biasa harus dilestarikan sebagai warisan seluruh umat manusia. (Fn/Im/Sd)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: