31 Jan 2023
  Humas DIY

PBTY Menjadi Simbol Kebhinnekaan Yogyakarta

Yogyakarta (30/01/2023) jogjaprov.go.id – Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) XVIII 2023 resmi dibuka oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Senin (30/01). Agenda tahunan rutin yang diselenggarakan oleh Jogja Chinese Art and Culture Center (JCACC) ini akan digelar hingga tanggal 5 Februari 2023 mendatang di area Kampung Ketandan dan Malioboro. Membuka sambutannya, Sri Sultan mengajak seluruh hadirin untuk mengucap syukur, karena selain agenda rutin, PBTY juga menandai kayanya keragaman suku bangsa yang hidup di Yogyakarta.

Sri Sultan menjelaskan, jika konon, dalam kosmologi China, unsur air dalam tahun Kelinci Air membawa aura kelembutan dan sikap adaptif. Kelembutan dan adaptasi inilah yang berpeluang menciptakan kedamaian guna memperkokoh persatuan dan kesatuan di tengah berbagai kebhinnekaan. “Mirip dengan budaya Tionghoa, dalam budaya Jawa, elemen air  memiliki sifat luwes namun menyimpan kekuatan. Dalam keadaan normal, air mempunyai sifat tenang, tidak pernah menghancurkan atau menyingkirkan benda-benda yang menghalangi arusnya. Andai ada batu atau pohon, air senantiasa melaluinya dengan amat ‘luwes’, air itu melewati halangan tanpa adanya korban,” ujar Sri Sultan.

Selain menandai keberagaman yang dapat hidup selaras dan harmonis, gelaran PBTY juga menjadi momentum aktualisasi dari proses akulturasi budaya. Proses akulturasi ini menghasilkan berbagai ragam bahasa, masakan, kesenian, dan hasil karya-karya unik dan diakui khas daerah. Upaya saling memahami budaya antar etnik sungguh penting, sebab merupakan cikal-bakal terciptanya kedamaian permanen dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. “Oleh sebab itu, setiap Pekan Budaya yang digelar setiap tahun ini, hendaknya selalu diusahakan sebagai media yang mengarah ke integrasi sosial-budaya. Seperti halnya Wayang Potehi yang mengadopsi wayang kulit menjadi Wacinwa, Wayang Cina-Jawa,” tambah Sri Sultan.

PBTY menghadirkan beragam kuliner dan pertunjukan seni yang bisa dinikmati oleh masyarakat. Dilanjutkan dengan Malioboro Imlek Karnival yang diselenggarakan mulai pukul 18.00-21.00 WIB, berawal dari DPRD Kota Yogjakarta dan finish di Titik Nol. “Kegiatan di Kampung Ketandan selama 7 hari antara lain Ketandan Street Food, panggung utama kesenian dan atraksi Barongsai, panggung kesenian musik, serta ada 4 karya maestro keturunan Tionghoa yang berdomisili di Yogjakarta. Ada lomba karaoke Mandarin, lomba bahasa Mandarin, pertunjukkan wayang Potehi dan karnaval pada tanggal 4 Februari nanti,” terang Ketua Umum Panitia PBTY Sugiharto Hanjin.

Mengusung tema ‘Bangkit Jogjaku untuk Indonesia’, acara ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat. Baik berupa hiburan, pengenalan, dan pelestarian budaya serta membangkitkan perekonomian menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dalam perspektif ekonomi, Pekan Budaya ini tentu dampak ekonominya juga tidak hanya berputar di seputar Kampung Ketandan saja. Tetapi juga juga bisa menjadi sarana mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi dan kesalahpahaman sosial-budaya.

Turut hadir dalam agenda pembukaan PBTY XVIII Gusti Kanjeng Ratu (GKR Hemas); Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo, Kapolda DIY, Irjen. Pol. Suwondo Nainggolan, S.I.K., M.H. Ketua JCACC, Kepala Kejaksaan Tinggi DIY, Katarina Endang Sarwestri; dan perwakilan Forkopimda DIY. Dalam agenda pembukaan PBTY ini juga diberikan penghargaan kepada 4 maestro yang karyanya dipamerkan di PBTY 2023, yaitu Sidik W. Martowidjojo (Ma Yong Qiang), Didi Nini Thowok (Kwee Tjoen An), Oei Thjian Hwat (Koh Hwat), Johnny Hendarta (Yong Tjuen Ming). (Wd/Tf/Ad)

 

Bagaimana kualitas berita ini: