24 Apr 2018
  Humas Berita,

Pelatihan Menghadapi Bencana, Wajib Dimunculkan dan Dibiasakan

Gunungkidul (24/04/2018) jogjaprov.go.id – Terjadinya bencana di wilayah DIY dan sekitarnya telah memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Untuk itulah kita harus membudayakan hidup dengan kesiapan dan antisipatif terhadap bencana. Program dan kegiatan kesiapsiagaan terhadap bencana perlu untuk dirintis dan dikembangkan. Pendidikan sadar bencana dan latihan menghadapi bencana terus dibiasakan. Pusat-pusat studi dan pelatihan menghadapi bencana wajib untuk dimunculkan dan didukung sepenuhnya. Kebijakan serta manajemen penanggulangan bencana juga semakin ditata dan dilahirkan lagi.

Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X saat membacakan sambutan tertulis Gubernur DIY, dalam acara Peresmian Sekolah Siaga Bencana (SSB) di SMA N 1 Patuk, Selasa (24/04) di Desa Bunder, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul.

Wakil Gubernur DIY menyampaikan, diperlukan adanya manajemen ancaman bahaya bencana sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi dampak negatif ketika terjadi bencana. Dengan merencanakan bagaimana menanggapi bencana bila terjadi atau kesiagaan bencana. Karakter dari setiap macam bencana itu perlu dipahami agar kita dapat menyusun strategi menghadapi ancamannya. Memperkirakan waktu kejadian dan pemetaan daerah-daerah yang terancam serta aktivitas mitigasi bencana berdasarkan karakter dari bencana yang terjadi.

Adapun manajemen bencana sendiri merupakan kewaspadaan dan kesiapsiagaan untuk mengurangi atau menghindari ancaman bahaya yang dapat berpotensi menimbulkan bencana yang merugikan, baik jiwa maupun harta benda, yaitu dengan memahami bahwa manajemen bencana adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.

Masyarakat pada kawasan rawan bencana, perlu dipersiapkan sejak dini untuk mengantisipasi bencana, yaitu dengan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menangani dan menekan akibat bencana. “Kita harus membudayakan hidup dengan kesiapan dan antisipatif terhadap bencana, yaitu menjadi bagian dari budaya masyarakat yang terintegrasi dalam berbagai sistem dan aspek kehidupan masyarakat. Masyarakat perlu dibiasakan untuk hidup berdampingan dengan bencana,” ungkap Wakil Gubernur DIY.

Mitigasi bencana harus diperkenalkan dan diajarkan di bangku sekolah, bahkan sejak jenjang yang paling bawah. Siswa perlu diberi pemahaman dan pembinaan bagaimana cara penanggulangan dan mitigasi bencana. Kepala sekolah harus secara rutin menggelar acara simulasi yang bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat dan wali murid. Diperlukan pula dukungan sarana dan prasarana terutama dalam hal transportasi untuk evakuasi. Karena dalam penanganan harus sigap, tidak terlalu lama menunggu bantuan armada dari instansi terkait ketika bencana terjadi.

“Saya menyambut baik serta memberikan apresiasi positif terhadap peresmian SMA N 1 Patuk sebagai Sekolah Siaga Bencana (SSB), yang diharapkan mampu menciptakan masyarakat sekolah yang mandiri dan tangguh dalam menghadapi bencana,” pungkas Wakil Gubernur DIY.

Dalam acara peresmian tersebut juga dilakukan simulasi tanggap darurat bencana gempa dan bencana tanah longsor oleh Perkumpulan Perempuan, Anak, Lingkungan, Usaha Mikro, dan Agribisnis (Paluma) Nusantara, BPBD DIY , Palang Merah Indonesia, dan dari Puskesmas Patuk.

Dilanjutkan dengan pengukuhan Tim Siaga Bencana (TSB), Penyerahan SK TSB-SSB, bantuan tas siaga bencana, dan pemasangan rompi kepada Tim Siaga Bencana. Diikuti dengan penandatanganan prasasti dan pembentangan kaos SSB oleh seluruh siswa dan tamu undangan.

Sebagai tuan rumah, Kepala Sekolah SMA N 1 Patuk, Mujiyono, S.Pd. M.Hum. menyampaikan bahwa SMA N 1 Patuk terletak di wilayah yang berbukit dan bergunung, dengan keadaan tanahnya yang labil. Sehingga patut diwaspadai terjadinya bencana tanah longsor. Kondisi ini memungkinkan untuk selalu waspada dan melakukan tindakan pengurangan resiko bencana. Sehingga siswa dan para guru dilatih untuk senantiasa tanggap, tangkas, dan tangguh apabila bencana itu terjadi secara tiba-tiba.

“Berdasarkan kondisi tersebut, pencegahan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah DIY dengan dukungan Kabupaten Gunungkidul yang menyiapkan SMA N 1 Patuk sebagai Sekolah Siaga Bencana dinilai tepat,” jelas Mujiyono, S.Pd. M.Hum.

Menurut Kepala Pelaksana BPBD DIY Drs. Biwara Yuswantana, M.Si., kesiapsiagaan bencana merupakan tanggung jawab kita bersama. Penyelamatan korban bencana yang paling besar dipengaruhi oleh diri sendiri dan keluarga. Peresmian SMA N 1 Patuk sebagai Sekolah Siaga Bencana merupakan langkah awal, sebagai upaya untuk membangun dan mempertahankan kapasitas sekolah sebagai sekolah siaga bencana yang berkelanjutan. (ny)

HUMAS DIY

Bagaimana kualitas berita ini: