08 Jul 2022
  Humas DIY

Sri Sultan Apresiasi ARTJOG MMXXII, Berikan Ruang pada Anak dan Difabel

Yogyakarta (07/07/2022) jogjaprov.go.id - Seni tidak terbatas pada sekat-sekat baik latar belakang, usia maupun media. Siapapun bebas berkesenian dan menikmati kesenian. Selain tidak terbatas, kegiatan seni juga sangat bermanfaat. Seni dapat menjadi alat bercerita sehingga kita dapat lebih mudah menyampaikan pesan.

Hal tersebut disampaikan Plt Asisten Sekda DIY, Aris Eko Nugroho saat membacakan sambutan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam pembukaan ARTJOG MMXXII, Kamis (7/7). Perhelatan seni rupa kontemporer tahunan terbesar di Indonesia ARTJOG akan kembali hadir di Jogja National Museum (JNM) pada 7 Juli - 4 September 2022.

Turut hadir dalam pembukaan ARTJOG MMXXII jajaran pemerintah pusat dan daerah; Restu Gunawan, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kemendikbud Ristek; Hafiz Agung Rifai, Koordinator Bidang Strategi dan Promosi, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan, Kemenparekraf; Dian Lakshmi Pratiwi, Kepala Kundha Kabudayan DIY; Singgih Raharjo, Kepala Dinas Pariwisata DIY; sektor swasta, seniman, rekan dan kolega, serta media.

Dalam sambutan yang dibacakan, Sri Sultan juga mengapresiasi diselenggarakannya ARTJOG 2022 yang menyasar keterlibatan anak-anak, seniman dan audiens difabel dalam pagelaran seni. Anak-anak dan kaum difabel seringkali tidak terfasilitasi baik dalam mengekspresikan maupun menikmati seni. ARTJOG 2022 juga telah menunjukkan komitmennya sesuai Pasal 27 ayat (1) Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia: setiap orang tanpa terkecuali berhak ikut serta dalam kegiatan kebudayaan.

Tahun ini, ARTJOG menampilkan karya dari 61 seniman individu maupun kelompok lintas generasi.  Ditambah dengan berbagai program edukasi yang akan diadakan secara rutin selama festival berlangsung. Karya-karya yang dipamerkan dan rancangan program kali ini mengusung semangat menemukan sensibilitas kesadaran hidup bersama secara adil dan setara, tidak hanya di antara sesama manusia, tapi juga seisi alam.

ARTJOG juga hendak berupaya mendorong perluasan kesadaran tentang inklusivitas. Selama masa persiapan, tim kurator ARTJOG dan segenap staf program banyak menimba pengalaman dan pengetahuan dari para penggerak inklusivitas di Yogyakarta, termasuk dengan kelompok JDA (Jogja Disability Arts) dan Sanggar Seni Komunitas Tuli Ba(WA)yang.

“Kita fokus pada tema, kita bicara tentang kesadaran itu sendiri, inklusivitas itu sendiri. Di mana kita memberikan peluang atau kesempatan kepada temen-temen difabel misalnya. Pesertanya beragam, ada anak-anak, disabilitas dan perempuan juga dengan sekitar 120 seniman terlibat,” terang Heri Pemad, Direktur ARTJOG.

Inklusivitas dalam ARTJOG MMXXII juga mencakup upaya untuk melibatkan anak-anak tidak hanya sebagai pengunjung festival, tapi juga partisipan pameran. Melalui mekanisme open-call tim kurator telah menyeleksi sebanyak 14 seniman anak dan remaja yang akan menampilkan karyanya bersama seniman-seniman muda maupun profesional. Selain itu, terdapat pula karya interaktif yang diperuntukkan bagi anak-anak.

“ARTJOG arts-in-common dengan muara Expanding Awareness di tahun 2022 ini, kehadirannya memang didasarkan pada penghargaan atas kesetaraan dan inklusivitas. Judul ini dimaknai sangat luar biasa oleh teman-teman di ARTJOG sehingga muncul peran ARTJOG dalam program edukasi merangkul seniman mulai dari anak, remaja, muda dan lintas generasi lain. Muncul kontribusi dalam mengkreasi keterlibatan dan mensinergikan semangat hingga muncul Jogja Art Weeks serta kesadaran untuk selalu bergerak dalam komunitas sosial yang menjadi wujud wadah kepedulian terhadap sesama berwujud ARTCAREr,” ungkap Dian Lakshmi Pratiwi, Kepala Kundha Kabudayan DIY.

Jogja Art Weeks lahir dari keinginan untuk mensinergikan semangat ruang-ruang seni yang berada di wilayah Yogyakarta dan DIY. Sehingga, bagi siapa saja yang ingin mempromosikan dan mempublikasikan kegiatan seni yang berlangsung bersamaan dengan ARTJOG dapat memaksimalkan platform ini. Sedangkan ARTCARE merupakan sebuah gerakan sosial berbasis komunitas yang menjadi wadah kepedulian antar-sesama. Sebuah wadah penjualan karya seni untuk kemanusian, di mana hasilnya akan didonasikan pada pihak yang membutuhkan. (Wd)

 

Humas Pemda DIY

 

 

Bagaimana kualitas berita ini: