27 Sep 2022
  Humas DIY Berita,

Sri Sultan Optimis DIY Mampu Menginspirasi

Yogyakarta (26/09/2022) jogjaprov.go.id – Gubernur DIY optimis bahwa para peserta Third G20 Sherpa Meeting akan mendapatkan berbagai inspirasi di DIY untuk menyongsong penyelenggaraan KTT G20 ke-17 pada November 2022 mendatang. Sri Sultan juga yakin, kegiatan pertemuan Sherpa Presidensi G20 Indonesia ketiga yang berlangsung di DIY ini akan diliputi antusiasme dalam berbagi pemikiran dan ide-ide cemerlang, untuk memajukan dunia dalam bingkai persahabatan, inklusivitas, dan perdamaian global.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan hal tersebut pada agenda Welcoming Reception of Third G20 Sherpa Meeting, Senin (26/09) malam di Bangsal Srimanganti, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Yogyakarta. Turut hadir mendampingi Sri Sultan dalam kesempatan tersebut, yakni Kepala Bappeda DIY Beny Suharsono, Kepala DPPM DIY Agus Priono, dan Kepala Biro APSDA Setda DIY Yuna Pancawati.

“Kehormatan teramat besar bagi saya dan Keraton Yogyakarta, atas penyelenggaraan Third G20 Sherpa Meeting, yang diawali melalui resepsi pada malam hari ini. Momentum ini kian bermakna, karena menjadi agenda penting bagi Sherpa G20, untuk memandu sekaligus membuka jalan menuju Konferensi Tingkat Tinggi. Dan menjadi tepat saatnya, jika malam ini saya informasikan sekilas tentang Daerah Istimewa Yogyakarta,” tutur Sri Sultan.

Di hadapan para hadirin dan tamu undangan agenda tersebut, lebih lanjut Sri Sultan mengutarakan, DIY telah dikenal dengan beragam sebutan. Mulai dari dikenal sebagai pusat pendidikan, pusat kebudayaan hingga destinasi wisata.

“Dan saat ini, Daerah Istimewa Yogyakarta sedang mengalami transformasi sosial yang cepat, dari sektor agraris ke semi industri, terutama industri kreatif, yang core competence-nya berbasis pada soft capital yang berpusat di dimensi rasa, cipta, dan karya manusia,” ujar Sri Sultan.

Sri Sultan menambahkan, masyhur sebagai jantung peradaban budaya Jawa, yang mana 40,22% dari penduduk Indonesia bersuku Jawa, warisan seni budaya masih dapat disaksikan di monumen dan artefak peradaban seperti candi, istana, dan museum yang tersebar di Yogyakarta. Tidak hanya itu, living tradition dan atraksi budaya maupun berbagai produk budaya lain pun masih mudah ditemui di tengah masyarakat.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Republik Indonesia dan negara-negara anggota G20, karena telah mempercayakan Yogyakarta sebagai sebagai ajang pelaksanaan berbagai event G20 melalui agenda Pertemuan Tingkat Menteri dan Deputi, Kelompok Kerja, dan Sherpa Meeting,” imbuh Sri Sultan.

Disampaikan Sri Sultan, selain menjadi ajang promosi potensi daerah, Yogyakarta sekaligus telah menjadi saksi terjalinnya kerja sama dan persahabatan antar negara, menuju harmonisasi orkestrasi peradaban dunia, tanpa ada satu pihak yang ditinggalkan. Adapun Sri Sultan berharap, agar para peserta bisa lebih mengenal Yogyakarta terkait dengan harmoni budayanya serta pelaksanaan rangkaian Third G20 Sherpa Meeting di DIY yang berlangsung pada 27-29 September 2022 ini dapat berjalan sukses.

Pada agenda Welcoming Reception of Third G20 Sherpa Meeting tersebut, para hadirin dan tamu undangan menikmati jamuan makan malam bersama Sri Sultan, diiringi dengan uyon-uyon dari Kanca Wiyaga. Selain itu, disuguhkan pula pementasan Beksan Punggawa usai berlangsungnya jamuan makan malam.

Adapun Beksan Punggawa merupakan beksan kakung (tari putra) Yasan Dalem (karya) kelima Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10. Tarian bernuansa kisah Panji ini pertama kali dipentaskan pada pergelaran Uyon-Uyon Hadiluhung Selasa Wage 19 September 2022 untuk memperingati Wiyosan Dalem (hari kelahiran) Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10.

Beksan Punggawa sendiri mengisahkan peperangan antara Raden Jaya Wiruta dan Kiai Patih Jaya Surangga. Babak tersebut diambil dari naskah Wayang Gedhog manuskrip Serat Kandha “Kalangenan Dalem Beksan Lawung Ringgit” yang ditulis pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792).

Naskah tersebut tersimpan dalam koleksi British Library bernomor MS Jav 4 dan berangka tahun 1782 yang mana kemudian disalin kembali pada tahun 1804. Berbagai kisah Panji, termasuk pertempurannya, dimuat dalam naskah tersebut. Selanjutnya, kisah-kisah Panji tersebut diperinci kembali dalam naskah yang berjudul Serat Kandha “Kalangenan Dalem Beksan Kuda Gadhingan” pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono V (1823-1855) dan menjadi koleksi Kagungan Dalem Kapustakan Widyabudaya bernomor W.8/B.26 dengan angka tahun 1847.

Kata punggawa berarti prajurit, hal ini berkaitan dengan kisah Raden Jaya Wiruta sebagai senapati dari Kerajaan Kediri, sementara Kiai Patih Jaya Surangga sebagai patih dari Kerajaan Parangkencana. Peperangan antara keduanya bermuara dari penolakan Dewi Sekartaji yaitu istri Panji Asmarabangun/ ibu Panji Laleyan dari Kediri untuk menikah dengan raja dari Parangkencana, yaitu Prabu Dasakusuma. Oleh sebab itu, raja dari masing-masing kerajaan memerintahkan senapati dan patihnya untuk berperang. Peperangan tersebut kemudian dimenangkan oleh Raden Jaya Wiruta. (Han/Ip/Rd)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: