07 Apr 2022
  Humas DIY Berita,

Stok dan Harga Bahan Pangan Pokok DIY Ramadan 1443 H Terkendali

Yogyakarta (07/04/2022) jogjaprov.go.id – Diketahui dari hasil tinjauan lapangan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY bahwa ketersediaan stok dan harga bahan pangan pokok antar wilayah kabupaten dan kota Daerah Istimewa Yogyakarta pada awal Ramadan 1443 H memiliki sedikit perbedaan namun tidak signifikan. Selain minyak goreng curah, stok bahan pangan pokok lain seperti gula pasir, beras, tepung terigu, daging ayam, telur, dan kedelai cukup tersedia dengan sedikit selisih perbedaan harga di masing-masing wilayah.

Hal ini disampaikan Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY Tri Saktiyana dalam Press Conference Hasil Pemantauan Awal Harga dan Stok Pangan Pokok Ramadan 1443 H, Kamis (07/04). Hadir bersama Tri, Kepala BINDA DIY Andry Wibowo dan Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Yogyakarta Tantan Heroika.

Pada serangkaian kegiatan tinjauan lapangan sebelumnya, Tri bersama TPID DIY telah mengunjungi pasar tradisional dan beberapa distributor bahan pangan pokok di wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Gunungkidul, Kulon Progo, dan Bantul. “Beberapa hasil kami laporkan sekilas bahwa dari 4 kabupaten dan 1 kota memang ada sedikit perbedaan harga, kemudian stok dan sebagainya. Namun tidak ada perbedaan yang signifikan. Dari sisi stok, kecuali minyak goreng curah, cukup tersedia,” ujar Tri dari Ruang Wisanggeni Unit 8, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta.

Tri melaporkan bahwa stok minyak goreng curah yang terbilang cukup tersedia berada di wilayah Kabupaten Kulon Progo, yakni di PT. Vinoli Antarnusa Indah, salah satu distributor minyak goreng curah. “Kami memantau kondisinya cukup tertib dan tentu kita berharap supply minyak goreng curah ini akan lebih lancar lagi dan diharapkan distributor-distributor juga langsung bisa menyalurkan ke masyarakat. Kemudian untuk bahan pokok yang lain, seperti gula pasir, beras, tepung terigu, kedelai, kemudian daging ayam, telur, semuanya cukup. Yang agak meningkat harganya itu tentu yang berkaitan dengan yang kita impor seperti terigu naik kemudian kedelai tapi sudah stabil di harga 11.850 yang kami pantau di Kulon Progo, di tempat lain barangkali ya selisih sedikit-sedikit.” ucap Tri.

Sementara itu dikatakan Tri, di tengah minimnya stok minyak goreng curah ini, stok untuk minyak goreng kemasan dilaporkan cukup berlimpah. Namun kisaran harga antara dua jenis minyak goreng tersebut tentu berbeda.

“Kemudian kami perlu tambahkan, khusus untuk minyak goreng curah kami secara ketat mengawasi jangan sampai minyak goreng curah ini dikemas menjadi minyak goreng kemasan atau isinya minyak goreng curah. Dikasih label kemudian dijual seperti minyak goreng kemasan. Ini bisnis yang sangat menguntungkan tapi bisnis yang sangat curang dan itu pidana. Kita kerja sama dengan Polda untuk segera menindaklanjutinya,” tekan Tri.

Kepala BINDA DIY Andry Wibowo menyampaikan berdasarkan hasil identifikasi dan analisa BINDA DIY, yang menjadi masalah terkait ketersediaan stok minyak goreng curah di DIY adalah dikarenakan Yogyakarta bukanlah daerah produsen dan juga bukan sebagai distributor satu minyak goreng curah. “Tetapi rata-rata di Jogja adalah distributor ke dua ke tiga yang kami maksud sebagai sales. Yang kemudian ini tentunya berdampak pada kesiapan, ketersediaan, dan juga harga di lapangan. Baik itu curah maupun kemasan,” terang Andry.

Menurut Andry, kondisi minimnya stok minyak goreng curah pada saat ini terjadi akibat adanya persoalan pada konteks kesiapan minyak goreng curah di tingkat hulu atau produsen yang bukan tanggung jawab Pemerintah Daerah DIY. Lebih lanjut Andry mengatakan perlu dilakukan komunikasi intensif antar pemerintah daerah dan swasta terkait perhitungan kebutuhan DIY akan stok minyak goreng curah agar terjadi keseimbangan antara stok minyak goreng curah dan kemudian minyak goreng kemasan.

Andry juga menyarankan untuk melakukan operasi pasar gabungan dengan berkolaborasi antara pemerintah daerah, kementerian, lembaga dan swasta untuk paling tidak meredam situasi kebutuhan masyarakat di lapangan khususnya bagi masyarakat yang memang membutuhkan minyak goreng curah tersebut. Kepada Bank Indonesia, Andry juga menyampaikan untuk menghitung tingkat inflasi yang akan berkembang menjelang hari Lebaran dan melaporkannya setiap hari kepada Pemda DIY.

“Untuk kemudian merespon cepat untuk segera melaksanakan beberapa hal yang bisa kita lakukan sehingga kemudian inflasi yang ada di Jogja tidak kemudian tidak terkendali. Meskipun kecenderungannya naik tetapi juga harus terkendali,” ucap Andry.

Andry juga melaporkan hasil statistik pemerintah daerah menyatakan pada saat lebaran terdapat sebanyak 40% konsumsi rumah tangga terbuang. “Artinya mereka buat makanan banyak tapi kemudian tidak dimakan. Nah ini harus juga masyarakat bisa mengukur kebutuhan yang tepat berapa kira kira kita akan memasak sehingga kemudian buangan sampah waste dari masak-memasak yang dilakukan saat Lebaran itu bisa kita kurangi kita minimalisir sehingga kemudian juga ini akan berdampak kepada moderasi antara kemampuan ketersediaan pada saat Lebaran,” jelas Andry.

Di samping itu, Satgas Pangan Polda DIY Sarwendo berkesempatan menanggapi pertanyaan dari salah satu rekan media yang hadir terkait kegelisahan akan kemampuan Pemerintah Daerah DIY untuk menyediakan stok minyak goreng curah di bulan Ramadan hingga menjelang hari Lebaran nanti. Menjawab pertanyaan tersebut, Sarwendo menyampaikan bahwa pemerintah pusat sudah menunjuk tujuh produsen untuk mengalokasikan minyak goreng curah ke DIY dengan total sebesar 4.800 ton di bulan April ini.

“Sebagaimana yang sudah disampaikan dari Menteri Perindustrian bersama Kapolri bahwa sudah dialokasikan khusus untuk DIY setelah melihat data kebutuhan minyak curah di DIY yaitu yang rata rata satu hari adalah 107 ton per hari. Untuk menjelang lebaran atau bulan puasa diperkirakan akan naik menjadi 118 ton per hari, khusus bulan April. Dari tujuh produsen yang ditunjuk oleh pemerintah, akan mengalokasikan minyak goreng curah untuk DIY sebesar 4.800 ton dalam satu bulan ini,” terang Sarwendo.

Lebih lanjut, untuk menjamin keterjangkauan harga atau menjamin kepastian harga minyak goreng curah sebagaimana yang sudah ditentukan oleh Peraturan Menteri Perdagangan yaitu Rp 14.000 per liter atau Rp15.500 per kilogram, Sarwendo menyatakan bahwa pihaknya juga berpedoman pada aturan tersebut. Sarwendo akan menjamin bahwa minyak goreng curah yang akan beredar di Yogyakarta berada pada kisaran harga tersebut, sebagai kisaran yang harus sampai pada tangan konsumen.

“Kemudian langkah-langkah yang dari satgas yang kami lakukan untuk menjamin keterjangkauan harga atau menjamin kepastian harga sebagaimana yang sudah ditentukan oleh Peraturan Menteri Perdagangan yaitu untuk per kilogram atau per liter 14.000 atau 15.500 per kg kami dari satgas pangan mempedomani aturan itu sehingga kami akan menjamin bahwa minyak yang akan beredar di Yogyakarta dengan harga yang sekitar itu untuk tingkat harusnya sudah sampai konsumen,” tutur Sarwendo.

Adapun Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Yogyakarta Tantan Heroika menyampaikan terkait perkembangan inflasi DIY tahun 2022. Pada akhir triwulan I 2022, DIY mencatatkan inflasi 2,95%(yoy), meningkat dibandingkan Februari 2022 yang bersumber dari relaksasi syarat penerbangan serta gejolak harga pangan. Tantan mengatakan dalam mengendalikan inflasi, peranan BI adalah melalui kebijakan yang dikeluarkan BI dengan menyesuaikan demand masyarakat.

Turut hadir, Kepala Biro Perekonomian dan SDA Setda DIY Yuna Pancawati, rekan media, dan tamu undangan lainnya. (Han)

Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: