16 Feb 2022
  Editor Kebudayaan,

Tembok Baluwarti Penjaga Keraton Ngayogyakarta

Yogyakarta (16/02/2022) jogjaprov.go.id – Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menjadi Keraton yang masih ada dan berkembang sampai saat ini. Keraton mampu mengikuti perkembangan jaman dengan tetap mempertahankan budaya leluhur. Meskipun sudah banyak yang berubah, kita masih bisa melihat banyak bangunan yang bernilai sejarah. Salah satunya tembok pertahanan yang mengelilingi komplek Keraton.

Jika diurutkan dari luar, tembok pertama yang mengelilingi komplek Keraton bernama Baluwarti. Tembok ini melingkupi area kedhaton, tempat tinggal kerabat Sultan dan rumah-rumah Abdi Dalem. Kawasan di dalam Baluwarti juga disebut dengan Jeron Benteng. Kawasan Jeron Benteng saat ini adalah kawasan permukiman yang secara administratif merupakan wilayah Kecamatan Kraton. Tembok kedua adalah Cepuri, khusus melingkupi area kedhaton atau Keraton tempat tinggal Sultan dan keluarganya. Kawasan kecamatan Kraton ini merupakan kawasan cagar budaya, menurut keputusan Gubernur DIY No 186/KEP/2011 tanggal 15 Agustus 2011 tentang Penetapan Kawasan Cagar Budaya.

Tembok Baluwarti ini di desain oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dan mulai dibangun sekitar tahun 1755-1792. Seorang peneliti sejarah Asia Tenggara, Denys Lombard menyatakan bahwa Baluwarti merupakan kata serapan dari Bahasa Portugis. Kata benteng dalam Bahasa Portugis adalah Baluarte. Hipotesis ini diperkuat dengan fakta bahwa tembok Baluwarti dibangun bersamaan dengan pembangunan Tamansari yang dirancang oleh arsitek yang berasal dari Portugis. Pembangunan benteng dipimpin oleh R. Rangga Prawirasentika, Bupati Madiun, yang kemudian dilanjutkan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom, yang di kemudian hari bertahta sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono II.

Desain benteng Keraton Yogyakarta berbeda dibanding benteng-benteng kerajaan Mataram Islam sebelumnya, terutama tampak pada gerbang-gerbangnya. Modelnya mirip dengan benteng-benteng Eropa, kemungkinan besar benteng keraton meniru sistem perbentengan Belanda di Batavia yang sempat diamati oleh patih kadipaten, Mas Tumenggung Wiroguno, selama kunjungannya ke sana pada awal 1780-an.

Benteng Keraton diperkuat kembali pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono II. Pembangunan Kembali ini dilakukan karena Sri Sultan memprediksi akan kembali terjadi peperangan dengan Belanda. Sultan kemudian memanfaatkan kehadiran rombongan pekerja yang datang saat acara Garebeg Puasa untuk memperkuat pertahanan keraton. Pada 13 November 1809, keempat sudut benteng dibuat menonjol keluar.

Keempat sudut benteng ditambah dengan bangunan baru sehingga berwujud segi lima. Pada ketiga sudut yang menjorok keluar diberi semacam sangkar sebagai tempat penjagaan disebut bastion. Bentuknya seperti tabung dengan lubang-lubang kecil untuk mengintai. Pada dinding antar bastion diberi longkangan sebanyak sepuluh buah sebagai tempat memasang meriam. Bangunan baru itu disebut juga sebagai Tulak Bala, kini lebih dikenal dengan sebutan Pojok Beteng, atau kadang disingkat sebagai Jokteng.

Beteng Baluwarti memiliki 5 grebang atau disebut juga plengkung. Kelima plengkung yang mengelilingi benteng itu adalah Plengkung Tarunasura atau Plengkung Wijilan di sebelah timur laut, Plengkung Jagasura atau Plengkung Ngasem di sebelah barat laut, Plengkung Jagabaya atau Plengkung Tamansari di sebelah barat, Plengkung Nirbaya atau Plengkung Gadhing di sebelah selatan, dan Plengkung Madyasura atau Plengkung Gondomanan di sebelah timur. Plengkung Madyasura kadang disebut juga sebagai Plengkung Tambakbaya. Sejak masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Bowono VIII ini pula plengkung tidak pernah lagi ditutup. Bahkan demi memperlancar lalu lintas, Plengkung Jagasura dan Plengkung Jagabaya dirombak menjadi gapura terbuka.

Dari lima buah plengkung, hanya tersisa dua yang masih utuh berbentuk gerbang melengkung, yaitu Plengkung Tarunasura atau Plengkung Wijilan dan Plengkung Nirbaya atau Plengkung Gadhing. Bangunan Tulak Bala yang masih utuh adalah Pojok Beteng Wetan (tenggara), Pojok Beteng Kulon (barat daya), dan Pojok Beteng Lor (barat laut). Sisa tembok benteng yang masih utuh hanya dari Plengkung Gading ke timur sampai dengan Pojok Beteng Wetan. Persis di sebelah timur Pojok Beteng Kulon, dibuka jalan lengkap dengan lampu pengatur lalu lintas sehingga pintu keluar masuk benteng bertambah. Sisa tembok Baluwarti masih bisa dilihat hingga saat ini. (Wd)

 

 Humas Pemda DIY

Bagaimana kualitas berita ini: