17 Mar 2022
  Humas Berita,

Wakil Gubernur Paku Alam X Buka High Level Meeting (HLM) PPID DIY Tahun 2022

Yogyakarta(17/03/2022)jogjaprov.go.id. – Strategi double gardan harus dilakukan dengan seksama, tepat dan cermat dalam pengendalian inflasi daerah di Daearah Istimewa Yogyakarta. Diharapkan High Level  Meeting (HLM) PPID DIY Tahun 2022 yang akan membicarakan perkembangan pasokan harga bahan pokok di DIY dapat menemukan berbagai solusi, memunculkan optimalisasi potensi serta merancang action plan yang akan menjadi pedoman dalam pengendalian ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Harapan demikian disampaikan Gubernur DIY melalui sambutan tertulisnya yang dibacakan Wakil Gubernur DIY, Sri Paduka Paku Alam X, ketika membuka High Level Meeting (HLM) PPID DIY Tahun 2022 pada Kamis (17/03) di Ruang Mataram, Hotel Novotel Malioboro Yogyakarta. Turut hadir pada petemuan ini, Kepala Bank Indonesia Perwakilan DIY, Budianto Setiawan, Sekda DIY Drs.H.Kadarmanto Baskara Aji, Asisten Perekonomian Pembangunan Sekda DIY Trisaktiyana serta para kepala OPD/Tim Penanggulangan  Inflasi Daerah DIY.

Dikatakan Wakil Gubernur DIY, bahwa sampai saat ini pemerintah masih melakukan Pemberlakuaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk wilayah Jawa-Bali  sebagai antisipasi penularan Covid- 19  varian Omicron di Indonesia.  Disisi lain secara bersamaan, pemerintah harus bersiap dengan tantangan ekonomi kedepan, baik karena faktor global normalisasi stimulus kebijkan ekonomi dan politik serta struktural.

Sementara itu Kepala Bank Indonesia Perwakilan Yogyakarta, Budianto Setiawan dalam paparannya terkait dengan perkembangan pasokan harga  bahan pokok di DIY selama Pandemi Covid-19 dan menghadapi Ramadhan 1443,  antara lain menguraikan bahwa dengan terjadi pandemi Covid- 19 sampai dengan akhir tahun 2021, pertumbuhan ekonomi DIY memberikan sumbangan secara nasional tertinggi di pulau Jawa. Namun demikian ditahun 2022 ini karena terjadinya covid varian baru  Omicron, secara nasional menghadapi tantangan baru, demikian juga DIY juga menghadapi tantangan ekonomi masih relatif tinggi yang berasal dari faktor global.

Menurutnya faktor global dimaksud yaitu terjadinya kenaikan harga harga secara global, kenaikan inflasi secara global, sebagai contoh komoditi global yaitu CPO, yang berpengaruh terhadap keberadaan minyak goreng di Indonesia. Disamping itu di DIY menghadapi tantangan stimulus fiskal karena adanya refocusing kebijakan anggaran  karena adanya pandemi. Tantangan yang masih dihadapi DIY dimasa pandemi ini adalah terjadinya penurunan penghasilan masyarakat yang selanjutnya  akan berdampak terhadap  penurunan daya beli masyarakat yang pada akhirnya pula akan berpengaruh  pada inflasi di DIY.

Lebih lanjut Budianto menambahkan bahwa dengan terjadinnya kenaikan komoditas global, menjadi tantangan tersendiri terhadap pengendalian kenaikan inflasi di DIY. Karena penanganan permasalahan perekonomian masih dipengaruhi kenaikan komoditas global, oleh karena itu pemulihan dampak ekonomi di negara-negara maju relative lebih cepat dibanding dengan Indonesia. Terjadinya kenaikan komoditas global ini juga sangat dipengaruhi terjadinya perang antara Rusia-Ukraina. Sehingga berdampak pada rantai jalur pengiriman perdagangan komoditas global tersebut.

Beberapa komoditas global yang mengalami kenaikan tersebut adalah minyak dan gas, CPO, batubara karena pasokannya yang terbatas, serta komoditas emas yang juga harganya meningkat.  Ukraina yang menjadi  mitra perdagangan Indonesia dan DIY yaitu  impor gandum sebesar 20%  di datangkan dari Ukraina. Untuk itu DIY  perlu mengantispasi dampaknya seperti pembuatan mie instant yang bahan bakunya gandum.

Oleh karena ditandaskan Budianto, kenaikan harga komoditas yang berlangsung sejak tahun lalu telah ditransmisikan di DIY sejak pertengahan tahun 2021, yang berdampak terhadap kelompok perumahan, listrik,  kebutuhan rumah tangga,  kelompok perlengkapan dan pemeliharaan rumah tangga, kelompok minuman dan tembakau, kelompok perawatan pribadi dan kelompok jasa lainnya. Untuk kelompok komoditas CPO, komoditas pangan dan turunan makanan lainnya serta bahan bakar, secara  konsisten menyumbang inflasi sejak bulan Agustus tahun lalu hingga Februari 2022.

Sementara dampak dari perang Rusia-Ukraina, komoditas gandum penurunnnya masih terbatas tetapi kita harus lebih bijaksana menyikapinya. Di tahun 2022 inflasi di DIY diperkirakan akan berkisar antara 2,2 persen sampai dengan 3,3 persen. Namun demikian, kedepannya inflasi tersebut masih bisa meningkat sejalan dengan perkembangan harga-harga sejumlah komoditas serta respon kebijakan pemerintah dalam menyikapi kenaikan harga komoditas tersebut. Menurut perhitungan BI, inflasi di DIY beresiko lebih tinggi 0,5 sampai dengan 1,2 persen.

Dalam akhir paparannya Kepala BI Yogyakarta menjelaskan bahwa  estimasi/perkiraan menjelang Ramadan yang permintaannya mengalami peningkatan adalah daging ayam, daging sapi dan bawang merah. Sedang untuk menjelang lebaran daging ayam daging sapi, telur ayam dan cabe merah.

Untuk itu kedepan diharapkan antara DIY dengan Kabupaten/Kota se DIY dapat meningkatkan sharing informasi terhadap kebutuhan bahan pokok untuk meminimalkan terjadinya disparitas harga antar daerah. Seringnya dilakukan operasi pasar menjelang Ramadan dan Lebaran yang lebih tepat sasaran di H-7 karena dihari tersebut terjadi permintaan tertinggi.(kr)

HUMAS DIY

 

Bagaimana kualitas berita ini: