21 Sep 2022
  Humas DIY Berita, Agenda Kegiatan,

Budi Karya Sumadi: Keistimewaan Jogja Bersamai Pencarian Jati Diri

Jakarta (30/08/2022) jogjaprov.go.id - Berangkat sebagai seorang dari bumi "wong kito galo", dalam hati seorang Budi Karya Sumadi kini juga tersemat “Berhati Nyaman”. Bagi Menteri Perhubungan era Presiden Joko Widodo ini, Jogja telah menjadi rumah yang selalu menyenangkan dan bersahabat. 

Lahir di Sumatera, Budi Karya kecil lahir di tengah keluarga pendidik yang memiliki keterbatasan ekonomi. Ia membantu berjualan kedua orang tuanya untuk menopang kehidupan sehari-hari. “Dalam segala keterbatasan saya tentu membantu orang tua. Namun Ibu Bapak tetap memberikan nilai-nilai bahwa sebagai anak, ada nilai-nilai yang harus saya bawakan,” jelasnya, Selasa (30/08) siang di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta. 

Masa kecil Budi Kaya dihabiskan di tanah Sumatera dengan latar belakang kedua orang tua yang berasal dari Jawa Tengah. “Ayah berasal dari Sragen, ibu dari Purworejo dan punya nilai-nilai sejarah yang dalam,” kenangnya. Latar belakang inilah yang selanjutnya membuat seorang Budi remaja memilih Jogja sebagai tempatnya menempa ilmu sebagai mahasiswa.

“Padahal dulu Jogja di Palembang itu tidak favorit, yang jadi favorit itu Bandung,” imbuhnya. Ia pun akhirnya diterima di Universitas Gadjah Mada jurusan Teknik Arsitektur, sesuai minat dan kecintaannya. 

Sebagai mahasiswa rantau, ia menyebut dirinya sama sekali tak mengalami culture shock. “Saya punya dua komunitas, di rumah teman-teman (asal) Palembang. Tapi di sekolah cair sekali dengan pertemanan yang akrab. Semua welcome untuk menjadi teman baru,” katanya. 

Kenyamanan Jogja semakin ia rasakan ketika masyarakat Jogja selalu menyambut baik mahasiswa rantau. Tak jarang sebagai mahasiswa arsitektur, ia menghabiskan waktu lembur untuk membuat tugas kuliah. Di tengah tugas yang tak kunjung usai dan kelaparan yang melanda, ia bersama teman sejawatnya seringkali merapat ke warung terdekat untuk menyelamatkan perut. Dengan keterbatasan uang saku, Budi mengaku seringkali harus kasbon dan baru bisa membayarnya di kemudian hari. Meski begitu, pemilik warung sama sekali tak pernah mempermasalahkan.

“Jadi benar-benar merakyat dan tidak saya jumpai sebelumnya di Palembang. Kehidupan masyarakat begitu menyatu antara pendatang dengan para penjual-penjual itu. Tentu ini membawa satu kenangan yang indah ya,” ujar Budi. 

Lekatnya pengalaman yang dialami seorang Budi Karya muda, membuatnya menjadikan Jogja dan UGM sebagai sahabat dekat. “UGM menampilkan format pendidikan kurikuler dan ekstrakulikuler yang membuat kita tumbuh bersama. Saya pikir ini suatu kekuatan. Sangat beruntug bagi mahasiswa yang bisa kuliah di UGM, karena ini kawah candradimuka yang begitu lentur dan cair,” imbuh Budi. 

Eskalasi Nilai Keistimewaan Untuk Peningkatan Manfaat

Meski telah berkiprah sebagai menteri, Budi mengatakan perhatiannya kepada Jogja tetap kuat dan seimbang. “Kami (para alumni) selalu merencanakan kegiatan kesenian, kerja budaya, kegiatan seminar, dan sebagainya baik itu Jogja maupun UGM. Kita rancang saja dengan simpel,” tuturnya. 

Keakraban dan adanya ikatan dengan Jogja itulah yang menurutnya bisa menjaga keseimbangannya. “Memikirkan kebaikan, memikirkan Jogja, yang berjalan berkelanjutan, itu membuat keseimbangan saya kala saya menjadi petinggi di satu korporasi baik saya sebagai menteri, sampai sekarang tidak ada yang berubah.” 

Budi juga menyebut, nilai-nilai keberagaman dan kebersamaan di Indonesia juga tercermin dari sikap kepemimpinan yang ditunjukkan Ngarsa Dalem, sebagai Raja Kasultanan Yogyakarta dan Gubernur DIY. “Beliau (Ngarsa Dalem) kalem, visioner, selalu bicara masa depan, tidak hanya Jogja namun tentang ke-Indonesia-an. Beliau menempatkan diri sebagai Ketua Dewan Pengarah untuk Pujakesuma (putra jawa kelahiran Sumatera). Jadi masyarakat Jawa yang ada di Sumatera mengapresiasi Sultan bukan saja sebagai Gubernur (DIY) namun sesepuh orang Jawa bagi seluruh tanah air,” urainya. 

Beliau melihat bahwa nilai-nilai yang dibawa sosok Ngarsa Dalem sebagai tokoh yang dituakan dan menjadi teladan, mampu menyatukan Indonesia dalam keberagaman. “Nilai-nilai budaya, nilai-nilai kebersamaan dalam negara ini penting. Maka tak mengherankan Pak Sultan diapresiasi warga Jogja, warga Jawa Tengah, warga Jawa dan saudara di luar Jawa. Beliau juga secara intens memberikan waktu untuk mereka. Beliau juga banyak memberikan saran yang konstruktif. Misalnya saat kita membuat lapangan terbang YIA atau kereta bandara,” ceritanya. 

Menurutnya, kebersamaan Jogja adalah sebuah nilai yang semakin membuat Jogja istimewa. Meski demikian, nilai keistimewaan Jogja harus dapat dieskalasi ke level yang lebih tinggi. “Jogja istimewa adalah keniscayaan, ada hal-hal positif yang bisa dijaga. Banyak nilai sejarah yang ada di Jogja harus dipertahankan dan harus dieskalasi dalam bentuk performance yang memberikan respons aktif paling tidak bisa untuk tujuan wisata.” 

Ia berharap, apa yang telah ada dan dimiliki Jogja harus dapat memberikan lebih banyak manfaat bagi lebih banyak pihak. “Jogja itu ngangeni, kita nggak bosen untuk pulang. Semua sudut Jogja itu ada makna yang baik. Jadi keistimewaan Jogja harus dieskalasi pada performa fisik dan budaya yang lebih baik,” tutupnya. [vin]

 

Simak video selengkapnya Menjadi Jogja, Menjadi Indonesia episode Budi Karya Sumadi berikut ini.  

HUMAS DIY 

Bagaimana kualitas berita ini: